Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Demang Lehman: Pejuang Kesultanan Banjar Melawan Penjajahan Kolonial Belanda

31 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 30 Desember 2024   21:13 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sejarah Singkat Demang Lehman Yang Terkenal Sakti Mandraguna  (wacananews.co.id)

Demang Lehman adalah salah satu pahlawan yang memainkan peran penting dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan. Sebagai tokoh sentral dalam perlawanan Kesultanan Banjar melawan penjajahan kolonial Belanda pada abad ke-19, ia dikenang karena keberanian, kecerdasan, dan dedikasinya. Perjalanan hidupnya mencerminkan semangat perjuangan yang kuat, mulai dari masa kecil hingga perannya dalam pertempuran besar yang menentukan nasib Kesultanan Banjar. Artikel ini akan menyusuri perjalanan hidup Demang Lehman, termasuk kontribusinya dalam perang, penangkapannya, hingga eksekusi tragis yang mengukuhkan namanya dalam sejarah.

Masa Kecil dan Latar Belakang

Demang Lehman, yang bernama asli Idris, lahir pada tahun 1832 di Barabai, Kalimantan Selatan, dan dia berasal dari keluarga petani sederhana. Meskipun hidup dalam keterbatasan, sejak kecil Idris menunjukkan keberanian luar biasa dan insting kepemimpinan yang menonjol. Ia sering terlibat dalampertempuran kecil antar-suku di Kalimantan, yang menjadi tempat awal baginya untuk mengasah kemampuan taktik perang dan strategi militer.

Idris tumbuh sebagai sosok yang tangguh, baik secara fisik maupun mental. Ia dikenal di lingkungannya sebagai pemuda yang pantang menyerah dan selalu siap menghadapi tantangan. Pendidikan yang ia dapatkan lebih banyak berasal dari tradisi dan nilai-nilai lokal, seperti rasa hormat terhadap adat istiadat serta tanggung jawab terhadap komunitas.

Penghormatan yang ia tunjukkan terhadap budaya lokal serta keberanian yang diperlihatkannya menarik perhatian pihak kerajaan. Tak heran jika Idris kemudian bergabung dengan lingkaran Kesultanan Banjar, tempat ia mulai mengenal dunia politik dan militer. Langkah ini menjadi titik awal perjalanan panjangnya sebagai pemimpin dalam perjuangan melawan penjajahan kolonial Belanda.

Peran Demang Lehman sebagai Panakawan

Idris memulai perjalanannya dalam dunia militer sebagai panakawan atau ajudan Pangeran Hidayatullah II, salah satu pemimpin berpengaruh dalam Kesultanan Banjar. Peran ini memberinya kesempatan untuk belajar langsung dari seorang tokoh yang dihormati dalam strategi perang dan seni kepemimpinan. Sebagai panakawan, Idris menunjukkan keberanian, kecerdasan, dan kesetiaan luar biasa, sehingga ia menjadi salah satu orang yang paling dipercaya oleh Pangeran Hidayatullah II.

Tugasnya bukan hanya sebagai pengawal pribadi, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam perencanaan berbagai langkah melawan penjajahan Belanda. Idris sering mendampingi Pangeran dalam berbagai diskusi penting dan pertemuan dengan tokoh-tokoh lainnya, sehingga ia memiliki pemahaman mendalam tentang situasi politik dan militer di Kesultanan Banjar.

Pengalaman ini membentuk Idris menjadi seorang pemimpin yang tidak hanya cakap dalam pertempuran, tetapi juga dalam mengelola hubungan diplomatis dan memotivasi pasukan. Perannya sebagai panakawan menjadi dasar kuat bagi karier militernya, yang kelak membuatnya dikenal sebagai salah satu pejuang besar dalam sejarah perjuangan melawan kolonialisme di Kalimantan.

Kenaikan Jabatan Menjadi Kiai Demang

Berkat kesetiaan, keberanian, dan keahliannya dalam strategi militer, Idris diangkat menjadi Kiai Demang, gelar terhormat yang diberikan kepada pemimpin sebuah distrik dalam Kesultanan Banjar. Jabatan ini tidak hanya membawa tanggung jawab besar dalam menjaga keamanan dan ketertiban wilayah, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai tokoh sentral dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Gelar ini pula yang membuat namanya dikenang sebagai Demang Lehman.

Sebagai Kiai Demang, peran Idris meluas dari sekadar pemimpin militer menjadi simbol perjuangan rakyat Banjar. Ia berhasil mengorganisasi pasukan dan rakyat sipil untuk bersatu melawan kekuatan kolonial. Dengan kemampuan taktiknya, ia memimpin berbagai serangan gerilya yang membuat pihak Belanda kewalahan. Tidak hanya sebagai seorang komandan, Demang Lehman juga menjadi sosok yang memotivasi dan membangkitkan semangat perjuangan di kalangan masyarakat Banjar.

Kepemimpinannya yang karismatik menjadikannya lebih dari sekadar seorang pemimpin militer. Ia adalah lambang keberanian dan perlawanan terhadap penindasan, yang menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang meski menghadapi tantangan besar.

Perang Banjar dan Peran Penting Demang Lehman

Perang Banjar adalah salah satu bagian penting dalam sejarah perjuangan Indonesia melawan kolonial Belanda. Dalam perang ini, Demang Lehman memainkan peran sentral melalui berbagai pertempuran yang menunjukkan keberanian, kecerdikan, dan kepemimpinannya.

Pertempuran Martapura dan Pengaron

Pada tanggal 28 April 1859, Demang Lehman bersama Pangeran Antasari memimpin serangan terorganisir terhadap pos-pos Belanda di Martapura dan Pengaron. Serangan ini menandai dimulainya Perang Banjar secara besar-besaran. Pasukan yang dipimpin oleh Demang Lehman menggunakan taktik serangan mendadak untuk melemahkan posisi Belanda. Meskipun pertempuran ini memakan banyak korban di kedua belah pihak, serangan tersebut berhasil memberikan tekanan signifikan kepada Belanda dan menunjukkan bahwa perlawanan rakyat Banjar tidak bisa diremehkan.

Penyerbuan Benteng Belanda di Tabanio

Pada Agustus 1859, Demang Lehman bersama tokoh-tokoh seperti Syaikh Buya Yasin dan Kiai Langlang melancarkan penyerbuan terhadap benteng Belanda di Tabanio. Serangan ini tidak hanya mencerminkan keberanian pasukan Banjar, tetapi juga kemampuan mereka untuk menghadapi musuh dengan persenjataan dan sumber daya yang jauh lebih unggul. Walaupun benteng akhirnya direbut kembali oleh Belanda, serangan ini berhasil merusak moral pasukan kolonial dan memperkuat semangat perlawanan rakyat Banjar.

Pertempuran di Benteng Gunung Lawak

Pada tanggal 27 September 1859, Demang Lehman memimpin pertempuran di Benteng Gunung Lawak dengan menggunakan taktik gerilya. Dengan jumlah pasukan yang lebih kecil, ia memanfaatkan medan yang sulit untuk mengganggu pertahanan Belanda. Strategi cerdas ini berhasil membuat Belanda kewalahan meskipun pasukan Demang Lehman tidak memiliki keunggulan jumlah maupun persenjataan. Pertempuran ini memperlihatkan kemampuan Demang Lehman dalam memanfaatkan taktik perang asimetris untuk melawan penjajah.

Setiap pertempuran yang dipimpin oleh Demang Lehman bukan hanya mencerminkan keteguhan hati rakyat Banjar, tetapi juga menunjukkan bahwa penjajah yang memiliki kekuatan besar tetap bisa digoyahkan melalui kecerdikan, keberanian, dan semangat persatuan. Perjuangan ini menjadi salah satu pilar penting dalam upaya mempertahankan kedaulatan Banjar dari cengkeraman kolonialisme.

Penangkapan dan Eksekusi Demang Lehman

Setelah bertahun-tahun memimpin perlawanan gigih melawan Belanda, Demang Lehman akhirnya tertangkap pada tahun 1863 di wilayah Gunung Batu Punggul, Batulicin. Penangkapan ini merupakan hasil pengkhianatan dari orang-orang yang berada di bawah tekanan kolonial. Bagi Belanda, penangkapan Demang Lehman adalah kemenangan besar yang diharapkan dapat melemahkan semangat perjuangan rakyat Banjar. Namun, bagi rakyat Banjar, peristiwa ini justru menjadi simbol pengorbanan dalam melawan penjajahan.

Pada tanggal 27 Februari 1864, Demang Lehman dieksekusi dengan cara digantung di Alun-alun Martapura. Prosesi hukuman ini dilakukan di hadapan publik sebagai upaya intimidasi dan peringatan kepada siapa saja yang berani menentang Belanda. Sebagai bentuk penghinaan tambahan, kepala Demang Lehman kemudian dibawa ke Belanda sebagai trofi perang, aib yang bertujuan merendahkan martabat rakyat Banjar.

Namun, tindakan tersebut tidak melemahkan semangat perlawanan. Sebaliknya, keberanian Demang Lehman dalam menghadapi hukuman mati dan pengorbanannya yang besar justru menginspirasi rakyat Banjar untuk melanjutkan perjuangan. Ia tetap dikenang sebagai pahlawan sejati yang rela menyerahkan segalanya demi kebebasan tanah airnya.

Warisan dan Pengaruh

Warisan perjuangan Demang Lehman tetap abadi dalam sejarah dan hati masyarakat Banjar. Meskipun ia telah tiada, semangatnya terus hidup melalui kisah keberanian dan pengorbanannya dalam melawan penjajahan. Kepemimpinannya yang tegas dan dedikasinya dalam memperjuangkan kebebasan menginspirasi generasi penerus untuk melanjutkan perlawanan melawan Belanda, yang berlangsung hingga awal abad ke-20.

Nama Demang Lehman tidak hanya menjadi simbol perjuangan rakyat Banjar, tetapi juga bagian integral dari narasi sejarah nasional Indonesia. Sebagai salah satu tokoh pahlawan daerah, kisahnya mengingatkan bahwa perjuangan kemerdekaan dilakukan oleh berbagai kalangan dari seluruh penjuru Nusantara. Ia menjadi contoh nyata bahwa keberanian dan semangat persatuan dapat menjadi senjata ampuh dalam menghadapi penindasan.

Selain itu, Demang Lehman juga dihormati melalui berbagai bentuk penghargaan. Beberapa jalan dan tempat di Kalimantan Selatan dinamai untuk mengenangnya, sebagai pengingat akan pengorbanan besar yang ia berikan. Warisannya mengajarkan nilai-nilai keberanian, ketangguhan, dan cinta tanah air yang tetap relevan bagi generasi masa kini.

Kesimpulan

Demang Lehman adalah simbol keberanian dan semangat juang rakyat Banjar dalam melawan penjajahan kolonial Belanda. Kepemimpinannya yang cerdas, keberanian yang luar biasa, dan dedikasi tanpa pamrih membuatnya dikenang sebagai salah satu pahlawan terbesar dalam sejarah Kalimantan Selatan. Meskipun hidupnya berakhir tragis melalui eksekusi yang dimaksudkan untuk menghentikan perlawanan, warisan perjuangannya justru semakin menginspirasi rakyat Banjar untuk terus melawan ketidakadilan.

Demang Lehman tidak hanya dikenang di lingkup lokal, tetapi juga menjadi bagian penting dari sejarah perjuangan nasional Indonesia. Semangat dan pengorbanannya menjadi pelajaran berharga bahwa keberanian dan persatuan mampu menghadapi kekuatan sebesar apa pun. Hingga kini, kisahnya tetap hidup sebagai pengingat akan nilai-nilai keberanian, keadilan, dan semangat mempertahankan kedaulatan bangsa.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun