Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Kumari: Aspek Menarik Budaya Masyarakat Nepal

5 November 2024   07:00 Diperbarui: 5 November 2024   07:11 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat gadis Kumari memasuki pubertas, ketika itulah masa periodenya berakhir, biasanya , ia akan digantikan oleh gadis lain yang memenuhi kriteria sebagai Kumari berikutnya. Mantan Kumari kemudian kembali ke keluarganya dan melanjutkan pendidikan formal. Meskipun mereka tidak lagi dianggap sebagai dewi hidup, mantan Kumari tetap dihormati oleh masyarakat. Pentingnya dukungan psikologis dan sosial sangat ditekankan dalam membantu mereka beradaptasi dengan kehidupan normal, serta mengejar pendidikan dan karier yang mereka inginkan.

Kesimpulan

Tradisi Kumari di Nepal adalah salah satu warisan budaya yang paling unik dan menarik di dunia. Melalui penghormatan terhadap energi feminin ilahi dan perwujudan dewi dalam sosok seorang gadis muda, tradisi ini mencerminkan kedalaman kepercayaan spiritual masyarakat Nepal. Meskipun penuh tantangan, pengalaman sebagai Kumari memberikan dampak yang mendalam bagi gadis tersebut dan masyarakat sekitarnya. Tradisi ini terus menjadi bagian penting dari identitas budaya Nepal, dan meskipun dunia modern semakin berubah, tradisi Kumari tetap dijaga dengan penuh hormat dan kekhidmatan.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun