Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Dzogchen: Fenomena Tubuh Pelangi dan Rahasia Terbesar Kebudayaan Buddha Tibet

13 April 2024   07:00 Diperbarui: 13 April 2024   07:20 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Sadar: Rigpa selalu sadar dan mengetahui apa yang terjadi saat ini. Ia adalah kesadaran yang jernih.

- Tak Terbatas: Rigpa tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Ia melampaui batasan fisik.

3. Hidup dalam Rigpa

- Seorang praktisi Dzogchen hidup dalam rigpa setiap saatnya.

- Semua aktivitas dilakukan dalam pengenalan akan rigpa, sehalus dan sebijaksana mungkin.

Dzogchen mengajarkan kedamaian dan kejernihan yang membantu kita melampaui tantangan hidup. Meskipun sederhana, ia mengandung kebijaksanaan yang mendalam.

Fenomena Tubuh Pelangi; Kisah Khenpo Achö

Dalam kebudayaan Buddha Tibet, terdapat sebuah fenomena yang memikat hati dan mengundang rasa ingin tahu: Tubuh Pelangi atau Rainbow Body. Fenomena ini terkait erat dengan ajaran Dzogchen, juga dikenal sebagai Kesempurnaan Agung. Mari kita telusuri lebih dalam tentang keajaiban ini.

-Fenomena Tubuh Pelangi

Salah satu aspek menarik dalam tradisi Dzogchen adalah fenomena Tubuh Pelangi. Ini terjadi ketika seorang biksu yang mencapai pencerahan sempurna mengubah jasadnya menjadi cahaya dan menghilang. Meskipun sulit didokumentasikan, beberapa kasus telah tercatat, termasuk Khenpo Achö yang tubuhnya berubah menjadi pelangi dalam waktu tujuh hari setelah kematiannya.

Fenomena tubuh pelangi ini tetap menjadi salah satu rahasia terbesar dalam ajaran Buddha. Meskipun bukti ilmiah tentang fenomena ini terbatas, penelitian terus berlanjut untuk memahami lebih dalam mengapa beberapa biksu di Tibet mengalami transformasi tubuh menjadi energi atau cahaya. Apakah ini hasil dari latihan meditasi yang ketat? Ataukah ada faktor spiritual yang lebih mendalam yang terlibat? Pertanyaan ini tetap menggoda para peneliti dan praktisi Dzogchen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun