Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Alasan Mengapa Gaya Rambut Bianzi Ditinggalkan

1 Februari 2024   07:04 Diperbarui: 1 Februari 2024   12:59 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ip Man 4, final a una saga para la historia del cine de las artes marciales. (cinefilosfrustrados.com)

Beberapa orang mencoba melepaskan ujung kuncir, membiarkan rambut tergerai, atau mengenakan sorban untuk menyembunyikan model rambut ini. Ini adalah bentuk perlawanan pasif terhadap atas penolakan mereka terhadap dominasi Manchu tanpa secara terbuka menentang penguasa. Meskipun tindakan ini mungkin tampak sepele, namun memiliki makna simbolis yang kuat dan menunjukkan bahwa orang Han tidak sepenuhnya menerima dominasi Manchu.

Selain itu, ada juga bentuk perlawanan yang lebih terbuka dan agresif. Pemberontakan Taiping pada abad ke-19, misalnya, dikenal sebagai pemberontakan rambut panjang. Para pemberontak Taiping menolak untuk memotong rambut mereka sebagai tanda penolakan mereka terhadap Dinasti Qing. Gaya rambut mereka menjadi simbol perlawanan mereka terhadap penguasa Manchu dan aspirasi mereka untuk mengakhiri dominasi Manchu.

Namun, perlawanan ini tidak selalu berhasil. Penguasa Manchu sering kali merespons perlawanan ini dengan kekerasan dan penindasan, dan memaksa orang Han untuk mematuhi peraturan mereka. Meskipun demikian, perlawanan ini tetap penting karena mereka ingin menunjukkan bahwa orang Han tidak sepenuhnya menerima dominasi Manchu dan berusaha untuk mempertahankan identitas dan budaya mereka.

Perubahan Sosial dan Politik

Setelah berakhirnya Dinasti Qing dan dimulainya era Republik pada tahun 1911, masyarakat Tionghoa mengalami banyak perubahan sosial dan politik. Gaya rambut bianzi, yang sebelumnya dipaksakan oleh penguasa Manchu, tidak lagi sesuai dengan identitas dan aspirasi baru masyarakat Tionghoa.

Berakhirnya Dinasti Qing dan dimulainya era Republik menandai perubahan besar dalam struktur politik dan sosial Tiongkok. Dinasti Qing, yang telah berkuasa selama lebih dari dua abad, digantikan oleh sistem pemerintahan yang lebih demokratis dan inklusif. Ini memungkinkan masyarakat Tionghoa untuk memiliki lebih banyak kebebasan dan otonomi dalam mengekspresikan identitas dan budaya mereka.

Gaya rambut bianzi, yang sebelumnya dipaksakan oleh penguasa Manchu sebagai simbol penaklukan dan dominasi, tidak lagi sesuai dengan identitas dan aspirasi baru masyarakat Tionghoa. Mereka sekarang bebas untuk memilih gaya rambut mereka sendiri, yang mencerminkan nilai-nilai, norma, dan tradisi mereka sendiri. Ini adalah langkah penting menuju pemulihan dan pelestarian budaya dan identitas Tionghoa.

Namun, perubahan ini tidak terjadi dalam semalam. Ada banyak tantangan dan hambatan yang harus dihadapi masyarakat Tionghoa dalam proses transisi ini. Misalnya, mereka harus beradaptasi dengan norma dan nilai-nilai baru yang dibawa oleh era Republik, sambil tetap mempertahankan warisan budaya dan sejarah mereka. Selain itu, mereka juga harus berurusan dengan tekanan dan diskriminasi dari masyarakat internasional, yang sering kali memandang gaya rambut bianzi sebagai simbol primitif dan barbar.

Pengaruh Internasional

Gaya rambut bianzi tidak hanya memiliki dampak di Tiongkok, tetapi juga di luar negeri. Di banyak negara, gaya rambut ini menjadi sasaran penghinaan dan diskriminasi. Misalnya, para perusuh memotong rambut penambang Tionghoa di ladang emas Lambing Flat Australia pada tahun 1861. Insiden ini dikenal sebagai Pemberontakan Lambing Flat, salah satu peristiwa paling memalukan dalam sejarah Australia.

Pada saat itu, penambang Tionghoa di Australia sering kali menjadi sasaran serangan rasis dan diskriminatif. Mereka dituduh mencuri pekerjaan dan sumber daya dari penambang Australia, dan gaya rambut bianzi menjadi simbol perbedaan budaya dan etnis yang mendalam. Dalam Pemberontakan Lambing Flat, ratusan penambang Tionghoa diserang dan rambut mereka dipotong oleh para perusuh. Insiden ini menunjukkan betapa gaya rambut ini menjadi sasaran penghinaan dan diskriminasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun