Hongren menjadi seorang guru Chan yang sangat dihormati dan dihormati. Ia menjadi guru dari banyak biksu terkenal, seperti Huineng, Shenxiu, Yuquan Shenxiu, dan Lao'an Hui'an, yang kemudian membentuk aliran-aliran Chan yang berbeda. Ia juga menjadi guru dari banyak pejabat dan bangsawan, sehingga ajaran Chan semakin berkembang di Tiongkok.
Hongren mengembangkan metode meditasi yang disebut "menghentikan pikiran dan melihat hakikat" (zhiguan), yang merupakan salah satu metode meditasi Chan paling canggih. Metode ini melibatkan menghentikan pikiran dari segala pemikiran diskriminatif dan ilusi, dan melihat hakikat Buddha yang melekat dalam diri semua makhluk. Metode ini bertujuan untuk merealisasikan hakikat Buddha secara langsung dan spontan.
Hongren meninggal pada usia 74 tahun di Gunung Huangmei di provinsi Hubei. Ia dikuburkan oleh murid-muridnya di sebuah gua. Sebelum meninggal, ia memberikan Laṅkāvatāra Sūtra kepada Huineng sebagai tanda penerusan ajaran Chan.
Huineng: Pendiri Aliran Chan Selatan, Patriark Keenam dan Terakhir Chan
Huineng (638–713 M) adalah murid Hongren dan patriark keenam dan terakhir Chan. Ia dikenal sebagai pendiri aliran Chan Selatan, yang menekankan pada pencerahan spontan melalui intuisi langsung. Ia juga dikenal sebagai penulis Platform Sutra, yang merupakan salah satu kitab suci Chan paling berpengaruh. Platform Sutra berisi ajaran Huineng tentang pikiran Buddha, kekosongan, prajna, dan koan.
Huineng lahir di provinsi Guangdong dari keluarga miskin. Ia tidak bisa membaca atau menulis sejak kecil. Ia menjadi seorang pedagang kayu bersama ayahnya. Setelah ayahnya meninggal, ia menjadi seorang biksu Buddha pada usia 24 tahun dan belajar ajaran Buddha dari seorang biksu tua.
Ia mendengar tentang ajaran Chan dari Hongren dan pergi untuk menemuinya. Ia belajar ajaran Chan dari Hongren dan menerima Laṅkāvatāra Sūtra sebagai tanda penerusan ajaran Chan. Ia juga mengikuti kontes puisi yang diadakan oleh Hongren untuk menentukan penerusnya. Ia menulis puisi yang mengungkapkan esensi ajaran Chan secara sederhana dan langsung, sehingga ia memenangkan kontes tersebut.
Huineng menjadi patriark keenam dan terakhir Chan. Ia menjadi pendiri aliran Chan Selatan, yang menekankan pada pencerahan spontan melalui intuisi langsung, tanpa bergantung pada kata-kata atau kitab suci. Ia juga menjadi penulis Platform Sutra, yang merupakan salah satu kitab suci Chan paling berpengaruh. Platform Sutra berisi ajaran Huineng tentang pikiran Buddha, kekosongan, prajna, dan koan. Puisi ini juga mengkritik aliran Chan Utara, yang menekankan pada pencerahan bertahap melalui praktik meditasi.
Huineng meninggal pada usia 76 tahun di Gunung Caoxi di provinsi Guangdong. Ia dikuburkan oleh murid-muridnya di sebuah gua. Sebelum meninggal, ia memberikan jubah dan mangkuk Bodhidharma kepada Yinzong sebagai tanda penerusan ajaran Chan.
Mazu Daoyi: Pendiri Aliran Hongzhou dan Guru dari Banyak Biksu Terkenal
Mazu Daoyi (709–788 M) adalah murid Huineng dan pendiri aliran Hongzhou, salah satu aliran Chan utama pada masa Dinasti Tang. Ia dikenal karena menggunakan metode pengajaran yang tidak konvensional, seperti teriakan, tamparan, atau tongkat. Ia juga dikenal karena mengajarkan doktrin "pikiran bawaan" (zixing), yang menyatakan bahwa semua makhluk memiliki hakikat Buddha sejak awal.