Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulas Sejarah Ajaran Zen: Kisah Bodhidharma di Tiongkok hingga Obaku di Jepang

24 Januari 2024   07:01 Diperbarui: 24 Januari 2024   09:06 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Buddhist monk Bodhidharma (Chinese: Damo) | China | The Metropolitan Museum of Art (metmuseum.org) 

Sengcan menjadi murid yang setia dan berbakat dari Huike. Ia mewarisi ajaran Chan dari Huike dan menjadi patriark ketiga Chan. Ia juga menulis puisi Xinxin Ming, yang merupakan salah satu teks Chan tertua yang masih ada. Puisi ini berisi ajaran Sengcan tentang keharmonisan antara kekosongan dan bentuk, serta cara mengatasi pikiran diskriminatif. Puisi ini juga menginspirasi banyak generasi Chan selanjutnya.

Sengcan meninggal pada usia 126 tahun di Gunung Luofu di provinsi Guangdong. Ia dikuburkan oleh murid-muridnya di sebuah gua. Sebelum meninggal, ia memberikan Laṅkāvatāra Sūtra kepada Daoxin sebagai tanda penerusan ajaran Chan.

Daoxin: Pendiri Pusat Meditasi Pertama dan Patriark Keempat Chan

Daoxin (580–651 M) adalah murid Sengcan dan patriark keempat Chan. Ia dikenal karena mendirikan pusat meditasi pertama di Gunung Shuangfeng, di mana ia mengajarkan banyak murid. Ia juga dikenal karena mengembangkan metode meditasi yang disebut "duduk diam dan melihat pikiran" (mozhao).

Daoxin lahir di provinsi Jiangxi dari keluarga petani. Ia menjadi seorang biksu Buddha pada usia 14 tahun dan belajar banyak kitab suci Buddha. Ia bertemu dengan Sengcan pada usia 23 tahun dan menjadi muridnya. Ia belajar ajaran Chan dari Sengcan dan menerima Laṅkāvatāra Sūtra sebagai tanda penerusan ajaran Chan.

Daoxin menjadi seorang guru Chan yang terkenal dan berpengaruh. Ia mendirikan pusat meditasi pertama di Gunung Shuangfeng, di mana ia mengajarkan banyak murid, baik biksu maupun awam. Ia juga mengajarkan ajaran Chan kepada para pejabat dan bangsawan, sehingga ajaran Chan mendapatkan dukungan dari pemerintah.

Daoxin mengembangkan metode meditasi yang disebut "duduk diam dan melihat pikiran" (mozhao), yang merupakan salah satu metode meditasi Chan paling awal. Metode ini melibatkan duduk dengan tenang dan memperhatikan pikiran yang muncul dan lenyap tanpa melekat atau menolaknya. Metode ini bertujuan untuk membersihkan pikiran dari segala gangguan dan mencapai keadaan pikiran yang jernih dan damai.

Daoxin meninggal pada usia 72 tahun di Gunung Shuangfeng. Ia dikuburkan oleh murid-muridnya di sebuah gua. Sebelum meninggal, ia memberikan Laṅkāvatāra Sūtra kepada Hongren sebagai tanda penerusan ajaran Chan.

Hongren: Guru dari Banyak Biksu Terkenal dan Patriark Kelima Chan

Hongren (601–674 M) adalah murid Daoxin dan patriark kelima Chan. Ia dikenal karena menjadi guru dari banyak biksu terkenal, seperti Huineng, Shenxiu, Yuquan Shenxiu, dan Lao'an Hui'an. Ia juga dikenal karena mengembangkan metode meditasi yang disebut "menghentikan pikiran dan melihat hakikat" (zhiguan).

Hongren lahir di provinsi Hubei dari keluarga bangsawan. Ia memiliki bakat luar biasa dalam belajar dan berbicara. Ia menjadi seorang biksu Buddha pada usia 7 tahun dan belajar banyak kitab suci Buddha. Ia bertemu dengan Daoxin pada usia 24 tahun dan menjadi muridnya. Ia belajar ajaran Chan dari Daoxin dan menerima Laṅkāvatāra Sūtra sebagai tanda penerusan ajaran Chan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun