Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jinzhi: Uang Kertas untuk Tradisi Tionghoa

3 Desember 2023   07:07 Diperbarui: 3 Desember 2023   07:07 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Gunakan Masker Ketika Bakar Kertas pada Perayaan Imlek - Satu Harapan (satuharapan.com)

Kertas yang dibakar sebagai persembahan disebut dengan jinzhi. Jinzhi berasal dari kata "jin" yang berarti emas dan "zhi" yang berarti kertas. Jinzhi awalnya berbentuk kertas biasa yang dipotong menjadi bentuk uang dan dibakar sebagai persembahan untuk roh-roh leluhur dan dewa-dewa. Jinzhi dipercaya dapat memberikan kekayaan dan kemakmuran kepada roh-roh yang menerimanya, serta mendapatkan perlindungan dan berkah dari mereka.

Seiring berjalannya waktu, jinzhi mengalami perkembangan dan variasi. Jinzhi mulai diberi warna emas atau perak untuk menunjukkan nilai yang lebih tinggi. Jinzhi juga mulai dihias dengan cap atau motif yang berhubungan dengan keberuntungan, kekayaan, keselamatan, dan lain-lain. Jinzhi juga mulai berbentuk barang-barang lain yang dianggap berguna atau berharga di akhirat, seperti pakaian, rumah, mobil, atau bahkan elektronik.

Jinzhi menjadi salah satu simbol penting dalam tradisi Tionghoa. Jinzhi menunjukkan rasa hormat dan cinta kepada roh-roh leluhur dan dewa-dewa. Jinzhi juga menunjukkan harapan dan doa untuk kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat.


Penggunaan Jinzhi dalam Tradisi Tiongkok

Jinzhi digunakan dalam berbagai kesempatan dan festival tradisional Tionghoa, seperti Qingming, Zhongyuan, dan Chongyang. Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing festival:

- Qingming: Qingming adalah festival untuk membersihkan makam leluhur dan mengenang mereka. Festival ini biasanya jatuh pada awal April setiap tahunnya. Pada hari ini, orang-orang Tionghoa akan mengunjungi makam leluhur mereka dan membersihkannya dari rumput liar dan debu. Mereka juga akan membawa bunga-bunga segar, makanan-makanan favorit leluhur mereka, minuman-minuman keras, dupa-dupa, lilin-lilin, dan tentu saja jinzhi. Mereka akan menyalakan dupa dan lilin, memasang bunga, menawarkan makanan dan minuman, serta membakar jinzhi sebagai tanda penghormatan dan kasih sayang kepada leluhur mereka. Mereka juga akan berdoa dan meminta perlindungan dan berkah dari leluhur mereka. Selain itu, mereka juga akan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang menyenangkan, seperti bermain layang-layang, berjalan-jalan di alam, atau menikmati pemandangan bunga-bunga musim semi.

- Zhongyuan: Zhongyuan adalah festival untuk menghormati roh-roh gentayangan, mara, dan hantu kelaparan yang menderita di alam preta. Festival ini biasanya jatuh pada pertengahan Agustus setiap tahunnya. Pada hari ini, orang-orang Tionghoa percaya bahwa pintu antara dunia manusia dan dunia roh terbuka lebar, sehingga roh-roh yang tersesat bisa kembali ke dunia manusia untuk mencari makanan dan pertolongan. Untuk itu, orang-orang Tionghoa akan menyiapkan persembahan-persembahan untuk roh-roh tersebut, seperti makanan-makanan vegetarian, buah-buahan, kue-kue, teh, air putih, dupa-dupa, lilin-lilin, dan jinzhi. Mereka akan meletakkan persembahan-persembahan tersebut di depan rumah mereka, di pinggir jalan, di tepi sungai, atau di tempat-tempat lain yang dianggap sebagai tempat tinggal roh-roh. Mereka juga akan membakar jinzhi sebagai tanda belas kasihan dan kemurahan hati kepada roh-roh tersebut. Mereka juga akan berdoa dan meminta agar roh-roh tersebut bisa terbebas dari penderitaan dan mendapatkan kedamaian.

- Chongyang: Chongyang adalah festival untuk merayakan kehidupan dan menghindari bencana. Festival ini biasanya jatuh pada awal Oktober setiap tahunnya. Pada hari ini, orang-orang Tionghoa percaya bahwa angka sembilan adalah angka yang kuat dan beruntung, karena memiliki bunyi yang sama dengan kata "lama" dalam bahasa Tionghoa. Oleh karena itu, mereka akan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan angka sembilan, seperti memanjat gunung yang tinggi (karena gunung memiliki sembilan huruf dalam bahasa Tionghoa), memakan kue yang bulat (karena kue memiliki sembilan huruf dalam bahasa Tionghoa), minum anggur yang manis (karena anggur memiliki sembilan huruf dalam bahasa Tionghoa), atau membawa bunga-bunga krisan (karena krisan memiliki sembilan huruf dalam bahasa Tionghoa). Selain itu, mereka juga akan membawa jinzhi sebagai persembahan untuk dewa-dewa gunung atau dewa-dewa langit. Mereka juga akan membakar jinzhi sebagai tanda penghargaan dan permohonan kepada dewa-dewa tersebut. Mereka juga akan berdoa dan meminta agar kehidupan mereka panjang dan sejahtera.

Jinzhi adalah salah satu bagian penting dari tradisi Cina yang masih dilestarikan hingga saat ini. Jinzhi menunjukkan nilai-nilai budaya Tionghoa yang menghargai hubungan antara manusia dengan leluhur, dewa-dewa, dan alam. Jinzhi juga menunjukkan sikap-sikap moral Tionghoa yang mengedepankan rasa hormat, cinta kasih, belas kasihan, kemurahan hati, penghargaan, permohonan, harapan, dan doa.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu yang ingin tahu lebih banyak tentang jinzhi dan tradisi Tionghoa. Terima kasih telah membaca artikel ini. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun