Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kilin: Mahluk mitologi Tiongkok Pembawa Pertanda

9 November 2023   07:04 Diperbarui: 9 November 2023   07:04 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Kilin memiliki bulu atau sisik yang berwarna-warni, biasanya merah, kuning, biru, atau hijau. Bulu atau sisik ini bisa menyala-nyala seperti api atau berkilau seperti permata.

- Kilin memiliki kaki yang mirip dengan kuda, tetapi bisa juga memiliki cakar seperti singa atau harimau. Kaki ini bisa berjalan di atas air, tanah, atau udara tanpa meninggalkan jejak.

- Kilin memiliki ekor yang panjang dan berbulu, kadang-kadang juga memiliki lonceng atau pita yang menghiasinya. Ekor ini bisa digunakan untuk mengekspresikan emosi atau menyerang musuh.

- Kilin memiliki wajah yang mirip dengan rusa, tetapi bisa juga memiliki jenggot seperti naga atau kumis seperti singa. Wajah ini bisa menunjukkan kebijaksanaan atau kemarahan.

Kisah-Kisah Kilin

Kilin sering muncul bersamaan dengan datangnya seorang bijak atau penguasa yang berjasa bagi dunia. Misalnya, Zheng He, seorang laksamana Cina yang melakukan tujuh kali pelayaran ke berbagai negara pada abad ke-15, membawa dua ekor kilin dari Afrika ke China. Kilin-kilin itu sebenarnya adalah jerapah yang diberikan oleh raja Malindi kepada Zheng He sebagai tanda persahabatan. Kilin-kilin itu disambut dengan gembira oleh Kaisar Yongle, yang menganggapnya sebagai lambang kemakmuran dan kedamaian .

Kilin juga bisa membawa kutukan bagi orang-orang yang tidak berbudi baik atau berbuat jahat. Misalnya, Zhu Yuanzhang, pendiri Dinasti Ming, yang menggulingkan Dinasti Yuan yang didirikan oleh bangsa Mongol. Menurut cerita, Zhu Yuanzhang pernah menemukan seekor kilin yang terluka di hutan. Ia merawat kilin itu sampai sembuh, dan kilin itu memberinya sebuah cincin sebagai tanda terima kasih. Namun, setelah Zhu Yuanzhang menjadi kaisar, ia menjadi sombong dan lupa akan janjinya untuk memerintah dengan adil. Ia mulai menindas rakyat dan membunuh para pejabat yang tidak setuju dengannya. Suatu hari, kilin itu datang lagi ke istana dan menuntut cincinnya kembali. Zhu Yuanzhang menolak dan mencoba membunuh kilin itu dengan panah. Namun, panah itu memantul dan mengenai dirinya sendiri, sehingga ia tewas .

Kilin dalam Tradisi Barongsai di Indonesia

Kilin juga masih dilestarikan dalam tradisi barongsai di Indonesia. Kilin disebut sebagai hewan tunggangan dewa yang terbuat dari 13 unsur binatang. Kilin dalam barongsai biasanya ditampilkan dengan warna-warna cerah dan gerakan yang lincah. Namun, kilin semakin langka karena kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari seni barongsai.

Salah satu kelompok barongsai yang masih melestarikan kilin adalah Kelompok Barongsai Singo Laut dari Jakarta Barat. Kelompok ini didirikan pada tahun 1972 oleh almarhum Tan Hok Liong, seorang pengusaha asal Tiongkok yang juga pecinta seni barongsai. Kelompok ini memiliki dua ekor kilin yang bernama Singo Laut dan Singo Darat. Singo Laut berwarna biru dan putih, sedangkan Singo Darat berwarna merah dan kuning.

Kelompok Barongsai Singo Laut sering tampil di berbagai acara budaya, seperti Imlek, Cap Go Meh, atau pernikahan. Mereka juga sering diundang ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, atau Hong Kong. Mereka berharap dengan menampilkan kilin, mereka bisa menyebarkan pesan perdamaian dan keberuntungan bagi semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun