Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Zongzi: Sejarah dan Hubungannya dengan Festival Perahu Naga

5 November 2023   07:00 Diperbarui: 5 November 2023   07:04 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zongzi atau bakcang adalah makanan tradisional Tiongkok yang terbuat dari beras ketan yang diisi dengan berbagai bahan dan dibungkus dengan daun bambu atau daun pandan. Zongzi memiliki bentuk segitiga atau piramida dan biasanya dikukus atau direbus sebelum dimakan. Zongzi memiliki sejarah yang panjang dan berkaitan dengan peringatan akan Qu Yuan, seorang penyair dan menteri dari Kerajaan Chu pada zaman Dinasti Zhou. Zongzi juga menjadi salah satu simbol dari Festival Perahu Naga yang dirayakan setiap tahun pada hari kelima bulan kelima menurut kalender Tionghoa. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang asal-usul, variasi, dan makna dari zongzi, serta hubungannya dengan Festival Perahu Naga.

Asal-Usul Zongzi

Menurut beberapa sumber, zongzi sudah ada sejak 5.000 tahun lalu dan digunakan sebagai pengorbanan kepada leluhur atau sebagai makanan cepat saji bagi petani. Zongzi dibuat dari beras ketan yang tahan lama dan mudah dibawa. Daun bambu atau daun pandan yang digunakan untuk membungkus zongzi juga berfungsi sebagai pengawet alami yang mencegah beras menjadi basi. Zongzi juga memiliki nilai gizi yang tinggi dan dapat memberikan energi yang cukup bagi para pekerja di ladang .

Zongzi baru dikaitkan dengan Qu Yuan setelah ia bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo pada tahun 278 SM karena tidak dapat mencegah penaklukan ibu kota Chu oleh Kerajaan Qin. Qu Yuan adalah seorang penyair dan pejabat yang setia dan patriotik dari Kerajaan Chu pada zaman Dinasti Zhou. Ia sangat mencintai negaranya dan berusaha melindunginya dari ancaman Negara Qin yang ingin menaklukkan seluruh Tiongkok. Namun, karena fitnah dan intrik dari para pejabat korup, Qu Yuan diasingkan oleh raja dan hidup dalam kesedihan dan kesepian. Ketika ia mendengar bahwa ibu kota Chu telah jatuh ke tangan Qin, ia tidak tahan lagi dan memilih untuk bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo pada tanggal 5 bulan 5 menurut kalender Tionghoa. Rakyat yang menghormati Qu Yuan berusaha mencari jasadnya dengan berperahu di sungai sambil menabuh genderang untuk mengusir ikan-ikan dan roh-roh jahat. Mereka juga melemparkan zongzi atau bakcang, yaitu beras ketan yang dibungkus dengan daun bambu, ke sungai agar ikan-ikan tidak memakan jasad Qu Yuan. Sejak saat itu, tradisi ini menjadi Festival Perahu Naga yang dirayakan setiap tahun pada hari kelima bulan kelima .

Beberapa puisi karya Qu Yuan masih sangat terkenal di Tiongkok, seperti Tianwen (Tanya Langit), Lisao (Mengeluh), dan Jiu Ge (Sembilan Lagu). Puisi-puisinya menggambarkan perasaan, pemikiran, dan cita-cita Qu Yuan yang mendalam dan indah. Qu Yuan dianggap sebagai bapak puisi Tiongkok dan pengaruhnya sangat besar bagi generasi penyair selanjutnya.

Variasi Zongzi

Zongzi memiliki berbagai variasi rasa dan isian sesuai dengan daerah dan selera masing-masing. Ada zongzi yang manis dan ada yang gurih. Isian zongzi bisa berupa daging, kacang, pasta kacang merah, ubi, sayuran, telur rebus, jamur, atau buah. Daun bambu atau daun pandan yang digunakan untuk membungkus zongzi juga bisa berbeda-beda, tergantung pada ketersediaan dan kebiasaan setempat. Berikut adalah beberapa contoh variasi zongzi dari berbagai daerah dan negara :

- Zongzi Tiongkok: Zongzi Tiongkok biasanya dibagi menjadi dua jenis, yaitu zongzi utara dan zongzi selatan. Zongzi utara cenderung lebih manis dan berisi pasta kacang merah, pasta kacang hijau, pasta kacang hitam, atau pasta lotus. Zongzi selatan cenderung lebih gurih dan berisi daging babi, daging bebek, daging ayam, daging sapi, daging kambing, daging ikan, telur asin, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, jamur, atau rebung. Daun bambu yang digunakan untuk membungkus zongzi juga bisa berbeda-beda, seperti daun bambu kuning, daun bambu hijau, daun bambu hitam, atau daun bambu putih.

- Zongzi Taiwan: Zongzi Taiwan mirip dengan zongzi selatan Tiongkok, tetapi biasanya lebih besar dan lebih berat. Isian zongzi Taiwan bisa berupa daging babi, daging ayam, daging bebek, daging ikan, telur asin, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, jamur, rebung, atau ubi. Daun bambu yang digunakan untuk membungkus zongzi Taiwan biasanya adalah daun bambu hijau yang memiliki aroma yang khas.

- Zongzi Hong Kong: Zongzi Hong Kong juga mirip dengan zongzi selatan Tiongkok, tetapi biasanya lebih kecil dan lebih ringan. Isian zongzi Hong Kong bisa berupa daging babi, daging ayam, daging bebek, daging ikan, telur asin, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, jamur, rebung, atau ubi. Daun bambu yang digunakan untuk membungkus zongzi Hong Kong biasanya adalah daun bambu kuning yang memiliki tekstur yang lembut.

- Zongzi Indonesia: Zongzi Indonesia dikenal sebagai bakcang dan biasanya dimakan dengan kecap manis. Isian bakcang bisa berupa daging babi, daging ayam, daging bebek, daging ikan, telur asin, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, jamur, rebung, atau ubi. Daun bambu yang digunakan untuk membungkus bakcang biasanya adalah daun bambu hijau atau daun pandan yang memiliki warna dan aroma yang menarik.

- Zongzi Singapura: Zongzi Singapura juga mirip dengan bakcang Indonesia, tetapi biasanya lebih pedas dan lebih bervariasi. Isian zongzi Singapura bisa berupa daging babi, daging ayam, daging bebek, daging ikan, telur asin, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, jamur, rebung, ubi, atau buah-buahan tropis seperti nanas, durian, atau mangga. Daun bambu yang digunakan untuk membungkus zongzi Singapura biasanya adalah daun bambu hijau, daun pandan, atau daun pisang yang memiliki rasa dan aroma yang kaya.

- Zongzi Jepang: Zongzi Jepang dikenal sebagai chimaki dan biasanya dimakan sebagai makanan penutup. Isian chimaki bisa berupa pasta kacang merah, pasta kacang hijau, pasta kacang hitam, pasta lotus, pasta kacang kedelai, atau pasta kastanye. Daun bambu yang digunakan untuk membungkus chimaki biasanya adalah daun bambu hijau yang memiliki rasa yang manis.

- Zongzi Korea: Zongzi Korea dikenal sebagai sirutteok dan biasanya dimakan sebagai makanan penutup atau camilan. Isian sirutteok bisa berupa pasta kacang merah, pasta kacang kedelai, pasta kastanye, atau pasta labu. Daun bambu yang digunakan untuk membungkus sirutteok biasanya adalah daun bambu hijau atau daun mugwort yang memiliki rasa yang herbal.

Makna Zongzi

Zongzi tidak hanya sekedar makanan, tetapi juga memiliki makna yang mendalam bagi orang-orang Tionghoa. Zongzi melambangkan penghormatan kepada Qu Yuan, seorang pahlawan dan penyair yang hebat. Zongzi juga melambangkan kekayaan, kemakmuran, dan kesuburan, karena beras ketan yang digunakan untuk membuat zongzi adalah salah satu hasil panen yang penting di Tiongkok. Zongzi juga melambangkan keharmonisan, kebahagiaan, dan keberuntungan, karena bentuk segitiganya yang memiliki tiga sudut. Setiap sudutnya melambangkan harapan agar suami istri harmonis, keluarga sejahtera, anak-anak berbakti, dan usaha lancar. Zongzi juga melambangkan persatuan, persahabatan, dan solidaritas, karena zongzi biasanya dibuat dan dibagikan bersama-sama dengan keluarga, teman, atau tetangga.

Hubungan Zongzi dengan Festival Perahu Naga

Festival Perahu Naga adalah sebuah perayaan tradisional Tiongkok yang berhubungan dengan legenda Qu Yuan, seorang penyair dan patriot yang bunuh diri di Sungai Miluo pada tanggal 5 bulan 5 menurut kalender Tionghoa. Festival ini biasanya melibatkan perlombaan perahu yang berbentuk seperti naga, yang merupakan makhluk mitologis yang dihormati di Tiongkok. Selain itu, festival ini juga dikenal dengan makan zongzi atau bakcang, yaitu beras ketan yang dibungkus dengan daun bambu atau pandan dan diisi dengan berbagai bahan. Festival Perahu Naga dirayakan di berbagai negara yang memiliki populasi Tionghoa, termasuk Indonesia, Singapura, Malaysia, dan lain-lain.

Festival Perahu Naga memiliki beberapa tujuan dan makna, antara lain:

- Mengenang dan menghormati Qu Yuan, seorang pahlawan dan penyair yang hebat yang berkorban untuk negaranya.

- Menyatakan rasa syukur dan memohon berkah kepada dewa-dewa, leluhur, dan naga-naga yang menguasai air, tanah, dan langit.

- Meningkatkan semangat, kesehatan, dan kekuatan tubuh dan jiwa dengan berolahraga, bersenang-senang, dan bersosialisasi.

- Menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya Tionghoa yang kaya dan beragam.

Kesimpulan

Zongzi atau bakcang adalah makanan tradisional Tiongkok yang memiliki sejarah dan makna yang mendalam. Zongzi berkaitan dengan peringatan akan Qu Yuan, seorang penyair dan patriot yang bunuh diri di Sungai Miluo. Zongzi juga menjadi salah satu simbol dari Festival Perahu Naga yang dirayakan setiap tahun pada hari kelima bulan kelima menurut kalender Tionghoa. Zongzi memiliki berbagai variasi rasa dan isian sesuai dengan daerah dan selera masing-masing. Zongzi melambangkan kekayaan, kemakmuran, kesuburan, keharmonisan, kebahagiaan, keberuntungan, persatuan, persahabatan, dan solidaritas. Zongzi adalah salah satu contoh bagaimana makanan dapat menjadi bagian dari identitas dan warisan budaya suatu bangsa.

Sumber:

Kisah Zongzi (Bakcang) dan Penyair Qu Yuan di Festival Perahu Naga (bolong.id), https://bolong.id/dwo/0623/kisah-zongzi-bakcang-dan-penyair-qu-yuan-di-festival-perahu-naga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun