Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perang Boxer: Pemberontakan Anti-Imperialisme yang Mengakhiri Dinasti Kerajaan di Tiongkok

27 Oktober 2023   07:00 Diperbarui: 27 Oktober 2023   07:07 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Tahap kedua: Pengepungan Beijing. Tahap ini dimulai pada Juni 1900, ketika gerakan Boxer berhasil memasuki Beijing, ibu kota Tiongkok, dan mengepung kawasan kedutaan asing selama 55 hari. Gerakan Boxer mendapat dukungan dari Permaisuri Cixi dan pasukan kerajaan, yang menyatakan perang terhadap negara-negara asing. Gerakan Boxer berharap dapat mengusir orang asing dari Tiongkok dan menggulingkan Dinasti Qing. Namun, gerakan Boxer juga menghadapi perlawanan dari sebagian pejabat Qing yang pro-Barat, seperti Pangeran Qing dan Li Hongzhang, yang berusaha menjaga hubungan baik dengan negara-negara asing. Tahap ini berlangsung hingga Agustus 1900.

- Tahap ketiga: Intervensi asing. Tahap ini dimulai pada Agustus 1900, ketika pasukan gabungan dari delapan negara (Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Italia, dan Austria-Hongaria) berhasil memecah kepungan dan menguasai Beijing. Pasukan asing melakukan pembalasan dengan membunuh ribuan pemberontak dan warga sipil, serta merampok dan membakar banyak bangunan bersejarah. Pasukan asing juga mengejar sisa-sisa gerakan Boxer dan pasukan kerajaan ke seluruh Tiongkok, terutama ke daerah-daerah pedesaan. Pasukan asing juga menuntut ganti rugi dan konsesi dari pemerintah Qing. Tahap ini berlangsung hingga September 1901.

Akibat Perang Boxer

Perang Boxer berakhir dengan penandatanganan Protokol Boxer pada 7 September 1901, yang mengakhiri pemberontakan dan menyerahkan kedaulatan Tiongkok kepada negara-negara Barat. Protokol ini mengharuskan Tiongkok untuk membayar ganti rugi sebesar 450 juta tael perak kepada negara-negara Barat selama 39 tahun, dengan bunga 4% per tahun. Protokol ini juga memberikan hak-hak istimewa kepada negara-negara Barat di Tiongkok, seperti hak ekstrateritorialitas, hak untuk menduduki Beijing dan Tianjin secara militer, hak untuk mengirim pasukan ke seluruh Tiongkok untuk menjaga keamanan jalur komunikasi, dan hak untuk melarang impor senjata ke Tiongkok.

Akibat dari Perang Boxer bagi Tiongkok sangat negatif. Perang ini menyebabkan kematian sekitar 100.000 orang, kebanyakan dari kalangan Petinju dan pasukan kerajaan. Perang ini juga menimbulkan sanksi berat dari negara-negara Barat, seperti ganti rugi sebesar 450 juta tael perak. Perang ini juga melemahkan Dinasti Qing secara signifikan dan memicu gerakan reformasi dan revolusi di kemudian hari.

Dampak Perang Boxer

Perang Boxer memiliki dampak jangka panjang bagi Tiongkok dan dunia. Perang ini menunjukkan ketidakpuasan rakyat Tiongkok terhadap Dinasti Qing dan negara-negara asing. Perang ini juga membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan rakyat Tiongkok. Perang ini juga mempengaruhi hubungan internasional antara negara-negara Barat dan Timur, serta antara negara-negara Barat sendiri. Berikut adalah beberapa dampak dari Perang Boxer:

- Dampak bagi Tiongkok. Perang Boxer mempercepat proses reformasi dan modernisasi di Tiongkok. Pada tahun 1901, pemerintah Qing mengumumkan program reformasi yang dikenal sebagai Reformasi Seratus Hari, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem politik, hukum, pendidikan, militer, dan ekonomi Tiongkok. Namun, reformasi ini tidak berhasil dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh Tiongkok. Pada tahun 1911, terjadi Revolusi Xinhai, yang berhasil menggulingkan Dinasti Qing dan mendirikan Republik Tiongkok, yang merupakan republik pertama di Asia. Namun, Republik Tiongkok juga menghadapi banyak tantangan, seperti perpecahan politik, perang saudara, invasi Jepang, dan komunisme.

- Dampak bagi negara-negara asing. Perang Boxer menunjukkan kekuatan dan solidaritas negara-negara asing dalam menghadapi Tiongkok. Perang ini juga menunjukkan kelemahan dan ketidakstabilan Tiongkok dalam mengelola urusan dalam negeri dan luar negeri. Perang ini juga memberikan peluang bagi negara-negara asing untuk meningkatkan pengaruh dan kepentingan mereka di Tiongkok. Namun, perang ini juga menimbulkan persaingan dan ketegangan antara negara-negara asing sendiri, terutama antara Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Amerika Serikat, dan Jepang. Perang ini juga menimbulkan simpati dan dukungan bagi rakyat Tiongkok dari sebagian masyarakat internasional.

Penutup

Perang Boxer adalah sebuah peristiwa sejarah yang penting untuk dipelajari dan dipahami. Perang ini merupakan salah satu contoh dari perlawanan rakyat Tiongkok terhadap imperialisme Barat dan penindasan Dinasti Qing. Perang ini juga merupakan salah satu contoh dari perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Tiongkok pada akhir abad ke-19. Perang ini juga merupakan salah satu contoh dari pengaruh dan dampak dari peristiwa sejarah terhadap hubungan internasional dan perkembangan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun