Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kaki Lotus: Tradisi Kelam dan Menyedihkan bagi Wanita Tiongkok

21 Oktober 2023   07:00 Diperbarui: 22 Oktober 2023   00:16 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-GphRY7DNc_o/TeW5g43JhMI/AAAAAAAAAiU/D_10KHsVtiE/s1600/4.jpg

Praktik pengikatan kaki berasal dari Tiongkok pada abad ke-10. Praktik ini pertama kali dilakukan oleh para penari di istana Dinasti Tang, atau lebih umumnya oleh para penari Turk yang tampil di sana pada abad ke-10. Penari-penari ini dikenal karena memiliki kaki yang kecil dan sepatu yang ujungnya melengkung. Kaki yang terikat dianggap sebagai simbol kecantikan dan kesempurnaan wanita. Praktik ini kemudian menjadi populer di kalangan elite pada zaman Dinasti Song. Pengikatan kaki akhirnya menyebar ke kelas sosial yang lebih rendah pada zaman Dinasti Qing (1636–1912). Kaisar Manchu mencoba melarang praktik ini pada abad ke-17, tetapi gagal. Di beberapa daerah, pengikatan kaki dapat meningkatkan prospek pernikahan. Diperkirakan bahwa, pada abad ke-19, 40–50% dari semua wanita Tiongkok mungkin memiliki kaki terikat, naik hingga hampir 100% di kalangan wanita Han kelas atas.

Pada akhir abad ke-19, para misionaris Kristen dan reformis Tiongkok menantang praktik ini. Baru pada awal abad ke-20, praktik ini mulai punah, menyusul upaya kampanye anti-pengikatan kaki. Selain itu, wanita kelas atas dan perkotaan lebih cepat meninggalkan praktik mengikat kaki daripada wanita pedesaan yang lebih miskin. Pada tahun 2007, hanya ada segelintir wanita Tiongkok tua yang masih hidup dengan kaki terikat.

Praktik pengikatan kaki adalah bagian dari sejarah dan budaya Tiongkok yang kelam dan menyedihkan, tetapi juga sebagai simbol ketahanan dan kebanggaan bagi wanita-wanita yang melakukannya. Dalam artikel ini, kita telah membahas lebih lanjut tentang alasan, proses, efek, dan sejarah dari praktik pengikatan kaki ini.

 Kesimpulan

Kaki lotus adalah hasil dari praktik mengikat kaki yang dilakukan oleh para gadis di Tiongkok sejak usia muda. Praktik ini memiliki berbagai alasan di baliknya, seperti estetika, sosial, dan politik. Praktik ini juga melibatkan proses yang panjang dan menyakitkan, yang menyebabkan rasa sakit dan cacat pada kaki dan seluruh tubuh. Praktik ini juga berdampak pada kesehatan mental, emosional, sosial, dan ekonomi wanita yang mengalaminya. Praktik ini telah dilarang dan tidak lagi dilakukan di Tiongkok saat ini.

Kaki lotus adalah tradisi kelam dan menyedihkan bagi wanita Tiongkok, yang mencerminkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat Tiongkok masa lalu. Namun, kaki lotus juga merupakan tradisi yang unik dan menarik bagi wanita Tiongkok, yang menunjukkan keteguhan hati dan keindahan mereka dalam menghadapi kesulitan. Kaki lotus adalah bagian dari sejarah hidup wanita Tiongkok, yang patut kita hormati dan pelajari.

Sumber:

Foot binding - Wikipedia, https://en.wikipedia.org/wiki/Foot_binding

Lotus Feet, Meremukkan Kaki Sebagai Simbol Kecantikan di Tiongkok - National Geographic (grid.id), https://nationalgeographic.grid.id/read/13944776/lotus-feet-meremukkan-kaki-sebagai-simbol-kecantikan-di-tiongkok

Footbinding | History, Culture & Effects | Britannica, https://www.britannica.com/science/footbinding

How Foot Binding Worked | HowStuffWorks, https://people.howstuffworks.com/culture-traditions/cultural-traditions/foot-binding.htm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun