Contoh lain dari karakter Zhu Rongji adalah ketika dia memimpin negosiasi untuk masuknya Tiongkok ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001. Zhu bersedia untuk melakukan banyak konsesi dan reformasi untuk memenuhi syarat-syarat WTO, seperti mengurangi tarif impor, membuka pasar domestik, dan melindungi hak kekayaan intelektual. Namun, dia juga menuntut perlakuan yang adil dan setara dari negara-negara anggota WTO lainnya. Dia mengatakan: "Kita tidak akan bergabung dengan WTO dengan harga apapun. Kita hanya akan bergabung dengan WTO dengan harga yang wajar." . Zhu berhasil menyelesaikan negosiasi tersebut setelah bertahun-tahun perundingan yang sulit, dan membuka jalan bagi Tiongkok untuk menjadi bagian dari sistem perdagangan global .
Prestasi Zhu Rongji
Zhu Rongji adalah salah satu perdana menteri Tiongkok yang paling berpengaruh dan dihormati dalam sejarah. Dia dianggap sebagai salah satu arsitek utama dari pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang luar biasa pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Dia berhasil meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Tiongkok dari US$ 960 miliar pada tahun 1998 menjadi US$ 1,4 triliun pada tahun 2003, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 8 persen . Dia juga berhasil mengurangi angka kemiskinan dari 212 juta orang pada tahun 1998 menjadi 135 juta orang pada tahun 2003, dengan rata-rata penurunan sebesar 15 juta orang per tahun .
Selain itu, Zhu juga berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan lingkungan di Tiongkok. Dia meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan dari 2 persen PDB pada tahun 1998 menjadi 3 persen PDB pada tahun 2003, dengan rata-rata kenaikan sebesar 20 persen per tahun . Dia juga meningkatkan alokasi anggaran untuk kesehatan dari 1,5 persen PDB pada tahun 1998 menjadi 2 persen PDB pada tahun 2003, dengan rata-rata kenaikan sebesar 33 persen per tahun . Dia juga meningkatkan alokasi anggaran untuk perlindungan sosial dari 4 persen PDB pada tahun 1998 menjadi 6 persen PDB pada tahun 2003, dengan rata-rata kenaikan sebesar 50 persen per tahun .
Selain itu, Zhu juga mengambil langkah-langkah untuk mengurangi polusi udara dan air, dan melindungi sumber daya alam di Tiongkok. Dia mengeluarkan undang-undang tentang pencegahan dan pengendalian pencemaran udara pada tahun 2000, yang menetapkan standar emisi kendaraan bermotor dan industri . Dia juga mengeluarkan undang-undang tentang pencegahan dan pengendalian pencemaran air Pada tahun 2000, yang menetapkan standar emisi kendaraan bermotor dan industri. Dia juga mengeluarkan undang-undang tentang pencegahan dan pengendalian pencemaran air pada tahun 2001, yang menetapkan standar kualitas air dan pembuangan limbah. Dia juga meluncurkan proyek-proyek besar untuk melestarikan sumber daya alam, seperti Proyek Penghijauan Besar-Besaran, Proyek Perlindungan Hutan Alam, dan Proyek Transfer Air Selatan ke Utara .
Latar Belakang Ucapan Legendaris Zhu Rongji
"Beri saya 100 peti mati, 99 akan saya gunakan untuk mengubur para koruptor, dan 1 untuk saya kalau saya melakukan tindakan korupsi."
Ucapan ini diucapkan ketika dia dilantik menjadi perdana menteri Tiongkok pada tahun 1998. Ucapan ini mencerminkan latar belakang, motivasi, dan dampak dari upaya Zhu Rongji dalam memberantas korupsi di Tiongkok. Ucapan ini mencerminkan kondisi Tiongkok pada saat itu, yang mengalami masalah besar akibat korupsi yang merajalela di antara pejabat-pejabat negara. Korupsi telah menghambat pembangunan dan stabilitas negara, serta merugikan kepentingan rakyat. Menurut Transparency International, sebuah organisasi non-pemerintah yang mengukur tingkat persepsi korupsi di berbagai negara, Tiongkok berada di peringkat ke-59 dari 99 negara pada tahun 1998, dengan skor 3,5 dari 10. Skor ini menunjukkan bahwa Tiongkok memiliki tingkat korupsi yang tinggi.
Ucapan ini juga mencerminkan motivasi Zhu Rongji dalam memberantas korupsi di Tiongkok, yaitu untuk mereformasi ekonomi dan masyarakat Tiongkok. Zhu Rongji adalah seorang politikus reformis yang dikenal sebagai salah satu arsitek utama dari pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang luar biasa pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Dia berusaha mereformasi sektor perbankan negara, memperbaiki sistem perbankan dan keuangan, membuka pasar Tiongkok kepada dunia, dan mengintegrasikan Tiongkok ke dalam sistem perdagangan global. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dia menyadari bahwa korupsi harus diberantas dengan tegas dan tanpa kompromi.
Ucapan ini bukan hanya sekadar retorika, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata. Zhu Rongji menegakkan hukum secara ketat dan tanpa pandang bulu, baik terhadap pejabat tinggi maupun rendah, sipil maupun militer, partai maupun non-partai. Dia tidak segan-segan untuk memberhentikan, menangkap, atau mengeksekusi para koruptor yang terbukti bersalah. Beberapa kasus korupsi besar yang ditangani oleh Zhu Rongji antara lain adalah kasus Cheng Kejie, seorang pejabat tinggi Partai Komunis Tiongkok yang dihukum mati karena terlibat suap sebesar US$ 5 juta pada tahun 2000; kasus Hu Changqing, seorang kolega Zhu Rongji yang juga dihukum mati karena menerima suap berupa mobil dan permata bernilai sekitar Rp 5 miliar pada tahun 2001; dan kasus Liu Jinbao, seorang gubernur Bank of China di Hong Kong yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena melakukan penipuan dan pencucian uang senilai US$ 1 miliar pada tahun 2002 . Ucapan dan tindakan Zhu Rongji memberikan efek jera bagi para koruptor potensial, serta meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah dan partai .
Zhu Rongji adalah salah satu tokoh politik Tiongkok yang paling berpengaruh dan dihormati dan menjabat sebagai perdana menteri Tiongkok dari tahun 1998 hingga 2003. Dia dikenal sebagai salah satu arsitek utama dari pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang luar biasa pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Dia juga terkenal dengan ketegasannya dalam memberantas korupsi di negaranya, yang merupakan salah satu masalah besar yang menghambat pembangunan dan stabilitas negara tersebut.