Akhir Hassasin
Hassasin tidak dapat bertahan lama setelah serangan-serangan Mongol yang menghancurkan benteng-benteng mereka pada abad ke-13. Pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan memulai invasi ke Timur Tengah pada tahun 1256. Salah satu tujuan utama mereka adalah untuk menghancurkan negara Nizari Ismaili yang didirikan oleh Hasan-i Sabbah.
Pasukan Mongol berhasil merebut benteng Alamut, markas besar hassasin, pada tahun 1256 setelah pengepungan selama empat bulan. Mereka membantai penduduk dan pengikut hassasin, membakar perpustakaan dan buku-buku berharga, dan menghancurkan bangunan-bangunan. Mereka juga menangkap dan membunuh keturunan Hasan-i Sabbah, Imam Rukn al-Din Khurshah, yang menyerah kepada Hulagu Khan.
Pasukan Mongol kemudian melanjutkan penaklukan mereka terhadap benteng-benteng hassasin lainnya di Iran, Irak, Suriah, dan Lebanon. Pada tahun 1275, semua benteng hassasin telah jatuh ke tangan Mongol dan kelompok hassasin pun dibubarkan.
Beberapa pengikut hassasin berhasil melarikan diri atau menyembunyikan diri di beberapa tempat, seperti India, Afghanistan, atau Asia Tengah. Namun, mereka tidak lagi memiliki kekuatan dan pengaruh yang signifikan. Mereka juga mengalami perubahan dalam doktrin dan praktik mereka, sesuai dengan kondisi dan lingkungan baru mereka.
Warisan Hassasin
Meskipun hassasin telah punah sebagai sebuah kelompok, warisan mereka masih hidup dalam sejarah, budaya, dan bahasa. Kata "assassin" dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lain berasal dari kata "hassasin", yang berarti "pemakan hashish" atau "pengikut Hassan". Kata ini digunakan untuk menyebut orang-orang yang membunuh orang lain dengan cara yang rahasia dan terencana, terutama untuk motif politik atau agama.
Beberapa karya sastra, film, dan permainan video terinspirasi oleh kisah-kisah hassasin, seperti seri Assassin's Creed. Seri ini menggambarkan sebuah konflik abadi antara dua organisasi rahasia, yaitu Assassins dan Templars, yang berperang untuk mengendalikan dunia dengan menggunakan artefak kuno yang disebut Pieces of Eden. Seri ini juga menampilkan beberapa karakter yang berdasarkan pada tokoh-tokoh sejarah yang terkait dengan hassasin, seperti Altaïr Ibn-La'Ahad, Ezio Auditore da Firenze, Hassan-i Sabbah, Rashid ad-Din Sinan, dll.
Selain itu, ada juga beberapa kelompok atau individu yang mengklaim sebagai penerus atau pengikut hassasin, seperti Nizari Ismaili, sebuah cabang dari Syiah Ismailiyah yang menghormati Aga Khan sebagai pemimpin spiritual mereka , atau beberapa kelompok radikal Islam yang disebut sebagai "kaum khawarij masa kini" oleh beberapa cendekiawan. Namun, tidak ada bukti kuat yang menghubungkan mereka dengan hassasin asli.
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa hassasin adalah sebuah kelompok yang memiliki sejarah yang panjang dan menarik, serta warisan yang masih berpengaruh hingga saat ini. Mereka adalah contoh dari bagaimana sebuah kelompok minoritas dapat berjuang untuk mempertahankan keyakinan dan kebebasan mereka di tengah-tengah tekanan dan ancaman dari kekuatan-kekuatan besar. Mereka juga adalah contoh dari bagaimana sebuah kelompok dapat menggunakan cara-cara yang cerdik dan inovatif untuk mencapai tujuan mereka, meskipun cara-cara tersebut sering kali kontroversial dan tidak etis. Mereka adalah hassasin, kelompok pembunuh rahasia yang mengguncang dunia.
Sumber :