Mohon tunggu...
Andritayu Rph
Andritayu Rph Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Ibu"

7 Januari 2016   08:58 Diperbarui: 7 Januari 2016   10:12 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kode Proarietik atau Kode Narasi pada karya Ibu bertuliskan “Terima kasih Ibu untuk selalu menjadi alasan aku pulang” dan “Selamat Hari Ibu”. Dari tulisan tersebut dapat dimengerti bahwa karya ini merupakan persembahan untuk sosok ibu yang dirindukan, yang selama ini telah memberikan kasih sayang terhadap anaknya. Maksud tersebut disimbolkan dengan sebuah tempat tinggal sederhana, tenang, tanpa hiruk pikuk keramaian, cukup untuk menjadi tempat melepas rindu yang nyaman dengan sang Ibu saat pulang ke rumah.

Kode Budaya merupakan ekspresi perupa atas suatu ilmu pengetahuan yang mencoba menggambarkan suatu keadaan pada periode masa tertentu. Ibu merupakan sosok orang yang sangat di rindukan oleh perupa. Karya “Ibu” ingin menjelaskan suasana yang membuatnya begitu merasakan kasih seorang ibu melalui siluet lingkungan rumah. Suasanya yang berbeda dengan lingkungan perkotaan saat ini

Perupa seolah ingin menggambarkan suasana yang masih asri yang membuatnya rindu untuk pulang. Dominasi warna oranye ingin menunjukkan suasana” hangat” yang selalu dirindukan. Permukaan air yang bersih memantulkan bayang – bayang tumbuhan hingga cakrawala dengan indah. Udara yang bersih, memampukan mata melihat jelas, jauh ke seberang tanpa terhalang polusi. Semuanya menggambarkan suasana yang tidak bisa perupa dapatkan di perkotaan.

Melalui kode budaya perupa berusaha mengangkat keadaan yang dirasakannya sehingga dapat dimengerti oleh pengamat.

Kode Semantik merupakan konotasi dari orang, tempat, atau obyek yang diwakili oleh sebuah karakter (sifat, atribut, predikat). Sosok Ibu dikonotasikan melalui gambar siluet alam yang ada pada sosok ibu. Siluet ini seolah ingin menggambarkan sifat – sifat yang dimiliki oleh seorang ibu.

Kasihnya hangat, sehangat pancaran mentari senja, akan selalu ada seperti mentari yang terus menyinari bumi. Kasihnya tulus, seperti udara yang bersih tanpa polusi, “melihat” jauh kedepan, luas, tanpa terhalang. Kasihnya akan terus mengalir mengikuti kemanapun kita pergi, bersih, agar dapat “dipantulkan” dan dilihat oleh siapa saja. Cukup mengasihi dengan tulus, sederhana, asli tanpa harus ditutupi, seperti gambar rumah sederhana yang terbuat dari kayu, tanpa banyak “lika – liku” sudut tetapi tetap mampu menunjukkan karakternya sebagai rumah, “tempat aku akan pulang”.

Kode Simbolik dihadirkan dengan penekanan dua unsur yang berbeda. Sosok ibu yang menjadi tema utama pada karya ini ditampilkan secara tidak tegas. Hal ini jelas menimbulkan penekanan dua unsur yang berbeda, sosok ibu secara fisik dan sosok ibu secara psikis.

Sosok ibu secara fisik di simbolkan dengan foto seorang ibu yang mengenakan kerudung. Di Indonesia mengenakan kerudung merupakan salah satu cara menunjukkan identitas sebagai seorang Muslim. Sosoknya sederhana, tanpa atribut yang bermacam – macam, seolah ingin menegaskan untuk menjadi sosok ibu yang dirindukan anaknya tidak perlu mengenakan berbagai macam atribut, cukup dengan menunjukkan wibawanya sebagai seorang ibu yang penuh kasih. Gambarnya tidak tegas, samar – samar, ingin menyampaikan sosok ibu yang terus terbayang – bayang bagi sang perupa.

Kasih sayang yang dirasakan perupa coba digambarkan dalam bentuk siluet alam yang tergambar pada sosok sang ibu. Matahari menyimbolkan sesuatu yang akan ada terus, selalu dinanti kehadirannya, dan dirasakan kehangatannya. Aliran air sungai menyimbolkan sesuatu yang tidak berhenti mengalir, bersih, menggambarkan kasih ibu yang suci. Rumah menyimbolkan tempat tinggal yang menggambarkan kasih ibu yang selalu dirindukan, kasih ibu digambarkan sebagai sebuah tempat untuk kembali, tempat untuk “berteduh”, dan tempat untuk “berlindung”.

Kesimpulan

Karya Rahardian Galang berjudul “Ibu” telah mengalami dekonstruksi makna. Pengamat diajak lebih mendalami arti seorang ibu menurut cara pandang perupa melalui siluet alam yang digambarkannya. Arti seorang ibu coba dihadirkan bukan dengan gambar yang tegas, samar – samar, seolah ingin menjelaskan bahwa walaupun kehadirannya tidak dirasakan dengan tegas tetapi bayang – bayangnya masih bisa tergambarkan. Arti seorang ibu juga dapat dirasakan melalui wujud kasih sayangnya yang sudah diberikan selama ini, kasih sayangnya berkesan dan dapat dirasakan, seperti yang digambarkan melalui siluet alam pada sosok sang Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun