[caption caption=""Ibu" oleh Rahardhian Galang Wicaksono"][/caption]
Identifikasi
-
Karya tersebut dibuat oleh Rahardhian Galang Wicaksono
Berukuran 29,7 x 41,99 cm
Menggunakan background berwarna putih
Terdapat foto wajah seorang perempuan menggunakan kerudung putih, berbaju merah
Berumur ± 50 tahun
Foto yang terdapat dalam karya hanya memperlihatkan setengah badan dari kepala
Posisi tangan perempuan menyatukan kedua tangannya
Wajah perempuan menunjukkan kesederhanaan dan wibawanya
Terdapat sebuah tempat tinggal
Terdapat sebuah sungai
Suasana dan pemandangan senja/sore hari
Adanya matahari
Pada kanan atas karya terdapat typografi “Ibu Terimakasih.... untuk selalu menjadi alasan aku pulang..”
Pada kiri bawah karya terdapat typografi “Selamat Hari Ibu”
Deskripsi
“Ibu” karya Rahardhian Galang Wicaksono merupakan sebuah karya ungkapan kasih sayang, kerinduan dan ucapan Selamat Hari Ibu terhadap sang Ibunda. Berukuran 29,7 x 41,99 cm dan memiliki background berwarna putih. Di dalam karya tersebut terdapat foto seorang perempuan berumur ± 50 tahun dan hanya terlihat sampai setengah badan saja dari kepala. Ukuran foto tersebut diletakkan posisi kanan lebih mengarah ke bawah. Perempuan tersebut menggunakan kerudung di kepalanya berwarna putih dan mengenakan baju berlengan panjang berwarna merah. Kedua tangan perempuan tersebut dilipat dengan wajah yang hangat menunjukan kesederhanaan dan wibawa seorang ibu.
Rahardhian Galang Wicaksono membuat karya tersebut tidak ditampilkan secara tegas namun hanya samar-samar. Pada bagian baju berwarna merah sang ibu lebih disamarkan dan di beri efek foto sebuah tempat tinggal dengan pemandangan yang sangat asri. Pada foto tempat tinggal tersebut terdapat sebuah sungai megalir dengan tenang dan sinar matahari senja yang menerangi sungai sehingga memantulkan sebuah bayangan rumah, jembatan dan pepohonan. Pada kanan atas karya Rahardhian terdapat Typografi bertuliskan Pada kanan atas karya terdapat typografi “Ibu Terimakasih.... untuk selalu menjadi alasan aku pulang..” Jenis tulisan yang di pakai pada kalimat “Terimakasih.... untuk selalu menjadi alasan aku pulang..” menggunakan Sans Serif. Pada kata “Ibu” menggunakan Roman. Tidak hanya itu, pada karya ucapan selamat hari Ibu tersebut pada posisi kiri bawah karya terdapat tulisan “Selamat Hari Ibu” dengan kalimat “Selamat Hari” menggunakan Sans Serif dan “Ibu” menggunakan Roman.
Makna
Kode Hermeneutik digunakan sebagai tahap awal dalam melihat karya visual yang berjudul “Ibu” milik Rahardian Galang. Karya visual “Ibu” mencoba mendekonstruksi pikiran pengamatnya, menimbulkan pertanyaan dibenak pengamat mengapa karya ini diberi judul “Ibu”. Sosok Ibu tidak ditampilkan secara utuh dan tegas, tetapi terlihat samar – samar “halus” dengan siluet senja pada sosok sang ibu. Sebuah rumah sederhana, aliran sungai yang tenang, dan teriknya mentari senja mengajak pengamat berpikir lebih dalam, lebih bermakna akan maksud sesungguhnya dari karya “Ibu”.
Kode Proarietik atau Kode Narasi pada karya Ibu bertuliskan “Terima kasih Ibu untuk selalu menjadi alasan aku pulang” dan “Selamat Hari Ibu”. Dari tulisan tersebut dapat dimengerti bahwa karya ini merupakan persembahan untuk sosok ibu yang dirindukan, yang selama ini telah memberikan kasih sayang terhadap anaknya. Maksud tersebut disimbolkan dengan sebuah tempat tinggal sederhana, tenang, tanpa hiruk pikuk keramaian, cukup untuk menjadi tempat melepas rindu yang nyaman dengan sang Ibu saat pulang ke rumah.
Kode Budaya merupakan ekspresi perupa atas suatu ilmu pengetahuan yang mencoba menggambarkan suatu keadaan pada periode masa tertentu. Ibu merupakan sosok orang yang sangat di rindukan oleh perupa. Karya “Ibu” ingin menjelaskan suasana yang membuatnya begitu merasakan kasih seorang ibu melalui siluet lingkungan rumah. Suasanya yang berbeda dengan lingkungan perkotaan saat ini
Perupa seolah ingin menggambarkan suasana yang masih asri yang membuatnya rindu untuk pulang. Dominasi warna oranye ingin menunjukkan suasana” hangat” yang selalu dirindukan. Permukaan air yang bersih memantulkan bayang – bayang tumbuhan hingga cakrawala dengan indah. Udara yang bersih, memampukan mata melihat jelas, jauh ke seberang tanpa terhalang polusi. Semuanya menggambarkan suasana yang tidak bisa perupa dapatkan di perkotaan.
Melalui kode budaya perupa berusaha mengangkat keadaan yang dirasakannya sehingga dapat dimengerti oleh pengamat.
Kode Semantik merupakan konotasi dari orang, tempat, atau obyek yang diwakili oleh sebuah karakter (sifat, atribut, predikat). Sosok Ibu dikonotasikan melalui gambar siluet alam yang ada pada sosok ibu. Siluet ini seolah ingin menggambarkan sifat – sifat yang dimiliki oleh seorang ibu.
Kasihnya hangat, sehangat pancaran mentari senja, akan selalu ada seperti mentari yang terus menyinari bumi. Kasihnya tulus, seperti udara yang bersih tanpa polusi, “melihat” jauh kedepan, luas, tanpa terhalang. Kasihnya akan terus mengalir mengikuti kemanapun kita pergi, bersih, agar dapat “dipantulkan” dan dilihat oleh siapa saja. Cukup mengasihi dengan tulus, sederhana, asli tanpa harus ditutupi, seperti gambar rumah sederhana yang terbuat dari kayu, tanpa banyak “lika – liku” sudut tetapi tetap mampu menunjukkan karakternya sebagai rumah, “tempat aku akan pulang”.
Kode Simbolik dihadirkan dengan penekanan dua unsur yang berbeda. Sosok ibu yang menjadi tema utama pada karya ini ditampilkan secara tidak tegas. Hal ini jelas menimbulkan penekanan dua unsur yang berbeda, sosok ibu secara fisik dan sosok ibu secara psikis.
Sosok ibu secara fisik di simbolkan dengan foto seorang ibu yang mengenakan kerudung. Di Indonesia mengenakan kerudung merupakan salah satu cara menunjukkan identitas sebagai seorang Muslim. Sosoknya sederhana, tanpa atribut yang bermacam – macam, seolah ingin menegaskan untuk menjadi sosok ibu yang dirindukan anaknya tidak perlu mengenakan berbagai macam atribut, cukup dengan menunjukkan wibawanya sebagai seorang ibu yang penuh kasih. Gambarnya tidak tegas, samar – samar, ingin menyampaikan sosok ibu yang terus terbayang – bayang bagi sang perupa.
Kasih sayang yang dirasakan perupa coba digambarkan dalam bentuk siluet alam yang tergambar pada sosok sang ibu. Matahari menyimbolkan sesuatu yang akan ada terus, selalu dinanti kehadirannya, dan dirasakan kehangatannya. Aliran air sungai menyimbolkan sesuatu yang tidak berhenti mengalir, bersih, menggambarkan kasih ibu yang suci. Rumah menyimbolkan tempat tinggal yang menggambarkan kasih ibu yang selalu dirindukan, kasih ibu digambarkan sebagai sebuah tempat untuk kembali, tempat untuk “berteduh”, dan tempat untuk “berlindung”.
Kesimpulan
Karya Rahardian Galang berjudul “Ibu” telah mengalami dekonstruksi makna. Pengamat diajak lebih mendalami arti seorang ibu menurut cara pandang perupa melalui siluet alam yang digambarkannya. Arti seorang ibu coba dihadirkan bukan dengan gambar yang tegas, samar – samar, seolah ingin menjelaskan bahwa walaupun kehadirannya tidak dirasakan dengan tegas tetapi bayang – bayangnya masih bisa tergambarkan. Arti seorang ibu juga dapat dirasakan melalui wujud kasih sayangnya yang sudah diberikan selama ini, kasih sayangnya berkesan dan dapat dirasakan, seperti yang digambarkan melalui siluet alam pada sosok sang Ibu.
Sumber
Tinarbuko, Sumbo. 2009.Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H