Mohon tunggu...
Andritayu Rph
Andritayu Rph Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Berat!"

6 Januari 2016   18:17 Diperbarui: 6 Januari 2016   18:32 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karya ini terdapat di pinggir jalan sebelah Barat Jalan Pangeran Mangkubumi atau sekarang dikenal dengan nama Jalan Margo Utomo. Karya tersebut diletakan segaris dengan pohon-pohon yang berada di pinggir trotoar. Pot tanaman tersebut berukuran 80cmx80cm dengan posisi kemiringan ± 30 derajat. Tinggi karya ± 3 meter. Karya tersebut dibuat pada tahun 2015 bertema Life style dengan konsep “Udara segar, air bersih, dan tanah yang subur adalah sedikit dari banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh pepohonan. Tetapi banyak yang kurang memperdulikannya terutama di perkotaan. Akibatnya banyak pepohonan yang tidak terawat bahkan mati. Melihat dari dampak hal tersebut, dirasa akan menjadi masalah yang berat jika tidak ada refleksi dari ketidakperdulian itu".

Peribahasa “Seperti timbangan berat sebelah” mencoba menggambarkan makna dari karya Indra Lesmana.

Makna

Kode Hermeneutik, mengajak orang berpikir, mencari jawaban atas teka – teki obyek yang diamatinya. Karya Indra Lesmana berjudul “Berat!” divisualisasikan dengan sebuah pot berisi tanah dan tumbuhan yang terangkat dengan sebuah balon, membuat orang bertanya – tanya bagaimana bisa karya tersebut diberi judul “Berat!”. Karya “Berat!” telah mengalami dekonstruksi, disimbolkan dengan sebuah pot beton, berisi tanah padat dan tanaman, diikat dengan tali ijuk, ditimbang tanpa beban, dan terangkat dengan sebuah balon, menimbulkan persepsi ringan dimata orang yang mengamatinya.

Kode Proarietik atau Kode Narasi, dituangkan dalam konsep karya “Udara segar, air bersih, dan tanah yang subur adalah sedikit dari banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh pepohonan. Tetapi banyak yang kurang memperdulikannya terutama di perkotaan. Akibatnya banyak pepohonan yang tidak terawat bahkan mati. Melihat dari dampak hal tersebut, dirasa akan menjadi masalah yang berat jika tidak ada refleksi dari ketidakperdulian itu".

Melalui narasi tersebut perupa ingin mengajak audience untuk peduli terhadap pepohonan yang selama ini memberikan manfaat positif, khususnya di kawasan perkotaan. Maksud perupa di simbolkan dengan mudahnya sebuah pot dan tumbuhan terangkat ke udara, ringan, tanpa beban, menafsirkan mudahnya elemen pohong hilang, terangkat, tanpa ada yang menggantikan perannya lagi.

Kode Budaya merupakan ekspresi perupa atas suatu ilmu pengetahuan yang mencoba menggambarkan suatu keadaan pada periode masa tertentu. Masyarakat saat ini tidak terlalu peduli lagi akan pentingnya pohon bagi kehidupan mereka. Penghasil oksigen, penyedia air, dan penyubur tanah tidak lagi menjadi isu yang penting bagi masyarakat kota. Lebih dari itu, pohon sebagai pereduksi panas matahari, penyerap polusi, penahan banjir, serta pemberi manfaat baik yang lain tidak terlalu dihiraukan oleh masyarakat kota.

Notasi timbangan berada di ujung kiri, menunjuk angka nol disaat tali ijuk terbentang tegang menahan beban pot beton berisi tanah dan pohon Puring setinggi kurang lebih 60cm, seolah pot dan tanaman tersebut tidak berarti apa – apa, tidak berat, semakin ringan saat timbangan tersebut terangkat dengan sebuah balon kecil berisi udara. Hal ini seolah ingin menunjukkan kehadiran pot dengan tanaman hias yang ada di kota Jogja saat ini seolah hanya sebagai hiasan saja, memberikan sedikit manfaat saja dibandingkan dengan kompleksnya aspek kehidupan perkotaan yang harus dihadapi saat ini.

Kode Semantik merupakan konotasi dari orang, tempat, atau obyek yang diwakili oleh sebuah karakter (sifat, atribut, predikat). Karya “Berat!” terletak di sisi barat jalan Mangkubumi Yogyakarta. Kawasan Mangkubumi yang menjadi bagian dari sumbu imajiner Laut Selatan – Merapi, berkarakter kuat, utama, seolah kehilangan karakternya. Karakternya “terangkat” dengan “ringan”, kehilangan citranya sebagai kawasan bercitra sejarah dan digantikan oleh hotel – hotel modern. Kawasan yang pernah menjadi kawasan fundamental bagi sejarah Yogyakarta, sekarang menjadi “nol” kehilangan kisah sejarahnya yang “berat”.

Kode Simbolik dihadirkan dengan penekanan dua unsur yang berbeda. Balon berisi udara mampu mengangkat pot beton berisi tanah, jelas dua unsur yang berbeda. Sebuah simbolisasi yang mencoba menekankan perubahan jaman yang dipengaruhi bergulirnya waktu. Aspek – aspek fundamental, Yogyakarta yang aman, nyaman, dan ramah, semakin “ringan”, “nol”, terangkat oleh merahnya “balon” yang terbang mengikuti angin tanpa arah yang jelas.

Tetapi masih tersisa sedikit bagian ujung pot yang menyentuh “tanah” Yogyakarta. Masih ada harapan mengembalikan “pot” ke posisi yang benar. Tanaman Puring ibarat segelintir masyarakat Yogyakarta yang masih peduli terhadap Yogyakarta, yang mencoba mengembalikan Yogyakarta ke “posisinya” sebagai daerah yang nyaman bagi siapa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun