Siang menjelang sore. Sekumpulan bocah sedang asik berkumpul di bawah pohon jambu. Daunnya yang rindang menepis panas matahari yang masih saja menyengat. Keteduhan yang dihadirkan terasa begitu memanjakan canda tawa mereka. Bedul, Amir, Muji dan Iwan, mereka sedang asik bercerita tentang jurus – jurus yang baru semalam mereka kuasai. Mereka telah menyempurnakannya lewat sajian layar tancep hiburan pernikahan anak pak Lurah.
“Kau lihat saat Jakabaruna tak mempan ditebas oleh golok Reksadipa?! Lukanya langsung tertutup kembali. Darahnya lantas mengering” Amir begitu antusias.
“Itukan karena ajian rawe rontek yang dimilikinya, Mir” sahut Bedul
“kau salah Dul” sambar Muji
“Jakabaruna itu menguasai ajian pancasona, bukan rawa rontek!”
“iya betul! rawe rontek itu ajiannya Reksadipa Dul” timpal Iwan
“ahh yang benar?! setahuku mereka sama-sama tak bisa dibunuh karena memiliki ilmu yang sama”
“memang ilmunya mirip tapi namanya beda” lanjut Iwan
“ko bisa begitu?”
“Kau tak ingat Dul yang dibilang bang Sanusi tempo hari?!”
“iya Dul, kata bang Sanusi pancasona itu ilmu kebaikan sumbernya dari Gusti Alloh. Sedangkan rawe rontek ilmu untuk kebathilan sumbernya Setan Dul!!”