"Siapa itu mbah Darmin Bu?!”
Ibu balas berteriak
“Ituloh Pak..!. Bapak tua yang biasa jagain motor di pasar Swadaya Merdeka. Ndak biasanya hari ini dia rapih berseragam begitu. Sampai-sampai bendera merah putih ia kalungkan dilehernya. Andi jadi ndak mau jauh-jauh dari si mbah.”
Ayah terdiam. Ia masih mencerna informsi yang baru saja didengarnya. Kemudian Andi kembali mendekat. Kali ini dia berjalan. Namun wajahnya terlihat lebih serius dari sebelumnya. Ia kemudian memeluk ayahnya dan berkata.
“Ayahhh....Ayahhh!! mbah Darmin lucu deh. Ia berteriak pada semua orang dipasar. Merdeka!! Merdeka!!. Terus tertawa. Gigi ompongnya kelihatan. Hehehe…”
Terus mbah Darmin ikutan duduk disamping aku Ayah. Ia juga bilang merdeka padaku. Tapi suaranya pelan Ayah. Tidak berteriak. Mungkin ia sudah lelah. Lalu ia bilang begini padaku Ayah.
"Nak, Selamat Hari Pahlawan!!"
Abis itu ketawa lagi deh, hehehehehehe”
Andi terkekeh-kekeh kembali menirukan suara tertawa mbah Darmin. Suara tawa yang telah begitu setia menemaninya. Melewati hari-harinya yang penuh dengan segudang kesulitan hidup. Bersama keluarga, di Negeri tercinta.
-----o0o-----