Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

[Fabel] Induk Ayam dan Raja Ular

7 November 2015   05:02 Diperbarui: 8 November 2015   19:26 2157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Aku adalah sang Raja Ular. Pemangsa paling ditakuti. Rasa laparku tak mengenal kata ampun. Seharusnya kau tahu itu” raja ular menegakkan kepalanya. Lebih tinggi. 

“Kalau begitu makan saja aku. Dagingku lebih besar. Tentu akan sangat mengenyangkan perutmu. Lagipula jika kau memakan anak-anakku. Kami bisa punah. Dan kau tak akan bisa memangsa ayam-ayam lagi sebagai santapan kesukaanmu. Aku sudah tua, tidak bisa bertelur lagi. Jadi lebih baik aku yang mati.” 

“Ohhh…baiklah!. Dagingmu memang lebih besar walaupun sedikit alot. Aku tak perduli, karna aku hanya perlu menelanmu bulat-bulat. Aku tak mengunyah kealotanmu. Tak masalah jika aku harus memangsamu.” 

Induk ayam kini tanpa harapan. Ia sangat sedih. Air matanya mulai berlinang. Ia tak kuasa berpisah dengan anak-anaknya yang masih kecil. Ia menengadah ke atas langit. Ia berdoa sejenak pada Tuhan. Kemudian tak berapa lama ia berkata.

“Sebelum aku mati, aku punya permintaan terakhir padamu!”. 

“Permintaan terakhir?!. Apa kau sedang menguji rasa laparku?!. Asal kau tahu, aku semakin kejam membunuh jika rasa lapar kian membesar diperutku!”. Raja ular mengancam induk ayam. 

“Tidak apa-apa. Lagipula aku akan tetap mati. Apa kau tidak kasihan padaku?. Aku seorang ibu yang sebentar lagi akan kau pisahkan dari anak-anaknya”. Induk ayam tetap bertahan pada permintaanya. 

“Baiklah!, apa permintaan terakhirmu?” 

“Aku ingin kau menari!"

“Menari?!” Raja ular terkejut. 

“Ya, aku ingin melihat tarianmu yang melegenda itu. Selama ini aku hanya mendengarnya saja, tidak pernah melihatnya. Menurut kabar yang beredar, tarianmu sangat agung. Akan menjadi hadiah kematian yang indah buatku. Jika kau mau menunjukannya.” Induk ayam terus membujuk. Ia menyisipkan sedikit pujian pada kata-katanya. Raja ular terlihat sedikit tersanjung. Namun ia pantang menunjukannya-didepan calon mangsanya itu. Lalu ia berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun