Mohon tunggu...
Andri Samudra Siahaan
Andri Samudra Siahaan Mohon Tunggu... Petani - Menulis salah satu metode perjuangan.

Petani dan Peternak, Alumni Teknologi Hasil Pertanian andrishn85@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Virus ASF, Virus Corona, Kartu Pra Kerja, dan Kebijakan Makroprudensial

16 April 2020   00:54 Diperbarui: 16 April 2020   00:58 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah jatuh tertimpa tangga istilah ini sepertinya layak untuk menggambarkan nasib dari para peternak babi saat ini. Wabah yang telah menyerang para peternak babi pada tahun 2019 sudah memporak-porandakan perekonomian para peternak babi. Lebih dari 47 ribu ekor babi telah mati dan menimbulkan kerugian bagi para peternak di Sumatera Utara.

Tribunnews.com
Tribunnews.com

Belum hilang luka tersebut para peternak dihadapkan  wabah baru menyerang sendi-sendi perekonomian mereka. Sepertinya pemerintah daerah maupun pusat sudah lupa dengan nasib mereka. Janji-janji untuk mengembalikan perekonomian mereka pun tidak menjadi prioritas pemerintah ditengah pandemik  virus corona.

Info Wabah Virus ASF sendiri sepertinya sudah hilang dari peredaran, Seingat saya Virus ASF terakhir kali sudah menyerang provinsi NTT. Ntah bagaimana nasib para peternak disana saat ini. Mungkin mereka juga mengalami stress berat karena  terlupakan.

Para peternak tentu maklum dengan kondisi saat ini, akan tetapi disisi lain mereka pun bingung untuk dapat survive. Bekerja ? Perusahaan mana yang mau terima mereka pada situasi saat ini. Beternak Kembali? Anti virus ASF ataupun vaksin virus ASF belum ditemukan. 

Pemerintah daerah Sumut sendiri sebenarnya sempat berjanji akan memberikan solusi kepada para peternak babi yang mengalami kerugian akibat virus ASF (baca: ini). Tapi semuanya sepertinya hanya untuk meredam aksi masa #savebabi.

Sebelum wabah  virus corona merebak di Indonesia kita tidak melihat aksi nyata dari pemerintah daerah untuk membantu para peternak yang mengalami kerugian. Pemberian bantuan berupa pinjaman lunak untuk modal para petani tidak kunjung diturunkan atau disosialisasikan. Disisi lain paska wabah virus ASF harga babi pun masih cukup murah dengan harga Rp 18.000,-/kg , dan itu masih jauh dari modal Rp20.000,-/kg untuk peternak tradisional.

Bantuan bibit berupa ternak pengganti sebenarnya cukup diperlukan pada situasi saat ini. Dalam situasi yang tidak pasti, harusnya ini momentum tepat  bagi pemerintah daerah untuk membangkitkan UMKM peternakan yang telah mati karena wabah virus ASF (Africa Swine Fever). 

Perekonomian negara sudah porak poranda saat ini,banyak perusahaan  terancam melakukan phk masal karena tidak dapat produktif lagi pada situasi pandemi  virus corona . Negara butuh penyokong dalam menggerakkan perekonomiannya dan saat ini yang paling memungkinkan adalah dengan menggerakkan UMKM yang memiliki resiko kecil untuk terkena dampak  virus corona. 

Sektor pertanian dan peternakan cukup jauh dari resiko paparan virus Corona karena jauh dari aktivitas masa yang besar. Ini sebuah peluang bagi pemerintah untuk dapat menggerakkan perekonomian sembari membangun ketahanan pangan. 

Pemerintah pusat memiliki kebijakan Makroprudensial , Secara sederhana kebijakan makroprudensial "SSKperiode1" merupakan penerapan prinsip kehati-hatian pada sistem keuangan guna menjaga keseimbangan antara tujuan makroekonomi dan mikroekonomi. Kebijakan makroprudensial lebih berorientasi pada sistem secara keseluruhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun