Dimana empati kita ? Dimana rasa kasih kita?
Cukup sudah... biarlah itu menjadi kejadian terakhir di Negri ini. Pemerintah sudah mengeluarkan aturan dan mekanisme dalam  pemakaman jenasah korban covid 19, kita ikuti saja mekanismenya.
Sebuah puisi menutup tulisan ini karya  Rako Prijanto yang sepertinya mampu menggambarkan perasaan para pasien positif  Covid 19, ODP, dan PDP yang telah terisolasi dalam kehidupan sosialnya.
***
Ku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
Ku lari ke pantai, kemudian teriakku
Sepi-sepi dan sendiri
Aku benci
Aku ingin bingar,
Aku mau di pasar
Bosan Aku dengan penat,
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika Ku sendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai,
biar mengaduh sampai gaduh,
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih,
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan lalu belok ke pantai?
Tentang Seseorang, Rako Prijanto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H