Ketika pemerintah mengumumkan deklarasi ASF menyerang Sumatera utara, saya sempat berpikir pemerintah akan menjadikannya sebuah bencana nasional sehingga kami dapat memperoleh alternatif penghidupan yang baru, ternyata semua di luar ekspektasi. Tidak ada alternatif yang diberikan pemerintah kepada rakyat kecil, baik dari kebijakan pemerintah pusat hingga daerah apa lagi dikabupaten tercinta saya Deliserdang.
Pemusnahan babi yang direncanakan pak Edi Rahmayadi adalah salah satu solusi dalam menghilangkan wabah ini. Tapi bukankah seharusnya dilakukan pemetaan dahulu. Kawasan yang positif terkena suspect ASF wajar dilakukan pemusnahan tetapi untuk kawasan yang tidak terkena ASF apakah wajar untuk dimusnahkan dan menerima ganti rugi, Yang saya takutkan adalah Pengusaha yang tidak mengalami kerugian malah mendapatkan ganti rugi karena memiliki perijinan yang jelas dan terdata oleh pemerintah daerah, bagaimana dengan peternak rumahan?
Jikapun pilihan pemusnahan babi harus dilakukan, maka pemerintah harus menyusun sebuah program untuk para peternak babi yang ada saat ini. Apa alternatif bagi para peternak babi yang akan dimusnahkan babinya ataupun peternak yang sudah habis babinya karena wabah.
Para peternak yang sudah menggantungkan hidupnya dari peternakan harus diberi alternatif bukan berupa uang. Berikan mereka bantuan berupa ternak lain seperti ayam, kambing ataupun bebek. Hal itu untuk mencegah penyimpangan program pemusnahan babi yang dikhawatirkan akan menimbulkan kerugian bagi Negara.Â
Karena sulitnya menjual ternak saat ini maka ada sebuah harapan bagi peternak untuk memusnahkannya dengan  konpensasi harga yang tepat daripada harus menjual dengan harga yang tidak manusiawi (Rp 10.000,- /Kg) ataupun membiarkannya mati dan keluarkan biaya Rp 100.000,- untuk menguburkan ternak. Dengan mengganti ternak ke bentuk ternak lain akan tetap mempertahankan kehidupan ekonomi peternak rumahan.
Edi Rahmayadi harus mampu menyusun program pemusnahan yang terstruktur , rapi dan cerdas. Edi harus juga menyusun penyiapan cadangan bibit unggul yang berkualitas dan bebas dari ASF. Kinerja Balai Peternakan Babi pun akan semakin meningkat pasca serangan ASF ini, bukan tidak mungkin setelah wabah ini berlalu para peternak akan mencari bibit-bibit unggul untuk mengembalikan usaha mereka.
Untuk ke depannya Pemerintah daerah harus melakukan pendampingan dengan lebih memfokuskan pada para peternak rumahan sehingga pemahaman peternak dalam usaha budidaya babi lebih meningkat, baik dalam usaha produksi, sanitasi dan pencegahan hama penyakit.Â
Sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah harus dilakukan karena Gubernur Sumut bukan penanggung jawab penuh terjadinya serangan ASF di Sumatera Utara. Ini murni kegagalan dari Sistem Karantina Indonesia. Kenapa Penyakit yang sudah merebak di daratan Cina bisa masuk ke sumatera utara. Ada apa dengan sistem karantina negara +62 ini? Jika hal ini tidak diperbaiki secepatnya bukan tidak mungkin sentra peternakan babi yang ada di provinsi lain akan terserang juga.Â
Keterlambatan pemerintah pusat dalam melakukan deklarasi sudah cukup membuat kami kecewa apalagi ketika kami mengetahui bahwa pemerintah juga tidak punya program untuk mengembalikan perekonomian peternak rumahan pasca deklarasi serangan ASF di Sumatera Utara.Â