pemuda dalam perjuangan lahir dan berkembangnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebut saja satu momen di mana seluruh Pemuda Indonesia menyatakan sumpah pemuda yang merupakan titik awal dimulainya pergerakan pemuda yang lebih bersifat nasionalis. Tidak hanya itu reformasi 98 juga dimulai dari langkah para pemuda dan berhasil menumbangkan rezim orde baru.Â
Cukup banyak kisah kita dengar tentang perananBagaimana dengan sekarang? Apakah gerakan pemuda masih relevan  memberi kontribusi bagi pembangunan bangsa. Apakah gerakan pemuda masih bisa eksis diera digitalisasi saat ini dengan teknologi berbasis 4.0?
Minat dalam berorganisasi, berdiskus dan bahkan menulis sepertinya tidak menjadi sebuah pilihan yang seksi bagi para pemuda. Membahas politik, membahas isu sosial masyarakat dan membaca opini di koran lokal dan nasional bukan pilihan lagi.
Bagi generasi mobile legend, oups maaf maksud saya milenial. Membaca dan berdiskusi cenderung adalah hal yang tidak masuk akal. Komunitas pemuda yang dahulu pada umumnya membahas tentang sosial budaya dan pelaksanaan pengabdian masyarakat sudah berganti dengan komunitas mabar (main bareng).
Apakah organisasi pemuda akan segera mati atau punah? Jika kita pasrah maka kita akan katakan gerakan pemuda akan segera punah. Bukan pesimis tapi itu adalah kenyataan kecuali gerakan pemuda mampu berevolusi atau menyesuaikan diri sesuai perkembangan jaman.
Jika organisasi pemuda bukanlah hal yang seksi lagi, mari kita buat gerakan pemuda menjadi seksi kembali. Saya coba berikan beberapa masukan bagi para pemimpin organisasi pemuda saat ini.
1. Lakukan Kajian Terhadap Minat dan Bakat Pemuda.
Jika Minat dan bakat dari pemuda sudah tidak terpenuhi oleh organisasi maka wajarlah para pemuda tidak punya keinginan untuk berorganisasi.Â
Organisasi pemuda harus bisa menjadi penyalur bakat mereka. Jokowi saja adakan event EA Sport untuk menjangkau kaum milenial knapa organisasi pemuda tidak bisa?Â
Bagi yang senang membaca dibangunlah kelompok bedah buku, bagi yang senang menonton dibentuklah kelompok bedah film, bagi yang senang game dibentuklah kelompok gamers, bagi yang minat menjadi youtubers dibentuklah kelompok youtubers dan sebagainya.Â
Kemudian diadakan event untuk mengasah minat dan bakat dari masing-masing kelompok. Maka stigma yang terbentuk bahwa organisasi pemuda itu berisikan pemuda kaku bisa dihapuskan. Orang gerakan itu asyik bro?
Pembentukan kelompok minat dan bakat ini akan ada ada dibawah kendali dari pemimpim organisasi pemuda, yang pada hakekatnya akan dapat dioptimalkan untuk kepentingan organisasi pemuda itu sendiri.
2. Memaksimalkan Sosialisasi Berbasis Digital.
Organisasi pemuda memang cukup terkenal akan disiplin dalam hal surat menyurat. Tapi saat ini dengan berkembangnya jaman mengirim surat kepada anggota untuk mengikuti kegiatan bukanlah hal yang efisien lagi.Â
Surat menyurat penting sebagai file sekretariat, tapi publikasi dan penyebaran surat menyurat dapat  dilakukan menggunakan media sosial. Surat dapat dikonfersi dalam bentuk digital yang dapat dikirim melalui aplikasi chat seperti whatsap, line, telegram dan lain sebagainya.
Proses kegiatan juga dapat dipublikasi ke media youtube yang tentu ditugaskan kepada kelompok yang telah dibentuk untuk mengelola chanel organisasi pemuda. Hasil dari publikasi dapat dimasukkan kedalam kas organisasi untuk menunjang kegiatan organisasi.
3. Membangun Literasi Anggota Melalui Media digital.
Nah ini dia salah satu kelemahan pemuda saat ini. Kurangnya literasi, pemuda tidak banyak lagi  memiliki niat membaca. Kaum milenial lebih menyukai tulisan yang singkat dan padat yang tidak lebih dari 250 karakter.
Bayangkan apa yang terjadi ketika melakukan aksi, pemuda pergi berbondong bondong menuju kantor DPRD atau DPR tapi tidak mengetahui apa yang mereka tuntut. yang terjadi adalah para pemuda yang cuma ingin tampak eksis saja di media masa dan media sosial.Â
Disini dibutuhkan kelompok bedah buku dan kelompok diskusi untuk melakukan kajian terhadap undang-undang yang tidak pro rakyat untuk kemudian menelurkan pemikiran yang menjadi tuntutan pemuda.Â
Pokok pikiran kemudian diserahkan kepada team publikasi yang membuat selebaran ataupun image ataupun video propoganda yang mengulik jelas pokok pikiran, tuntutan ataupun usulan pemuda dengan singkat jelas dan padat. image ataupun video tersebut pun di sosialisasikan melalui media sosial dan aplikasi chat kepada seluruh anggota.
4. Membangun Kemandirian Organisasi Pemuda.Â
Yang namanya organisasi tentu membutuhkan dana dalam menggerakkan roda organisasinya. Istilahnya no logistik no logika.
Dalam memenuhi kebutuhan dana tersebut dibutuhkan sebuah kreativitas untuk memenuhi dana yang dibutuhkan. Seringkali organisasi cuma mengandalkan proposal dalam memutar roda organisasinya.Â
Hal yang wajar karena organisasi pemuda bukanlah organisasi nirlaba yang memiliki tujuan mengejar profit seperti perusahaan swasta.Â
Tapi di era digital saat ini bukankah banyak peluang yang bisa digunakan untuk memperoleh pundi-pundi bagi kepentingan organisasi. Sebut saja youtube.Â
Dengan membuat chanel sendiri organisasi bisa saja memperoleh pemasukan dengan membuat postingan-postingan kreatif baik itu melalui publikasi kegiatan mereka yang dikemas dengan baik. Syarat suscriber dalam jumlah tertentu pun bisa saja dipenuhi dari anggota ataupun senior member friends.Â
Publikasi melalui media sosial facebook, instagram dan sebagainya pun  bisa memberi pundi-pundi apabila dapat dikelola dengan baik. Karena media sosial tersebut juga memiliki fasilitas iklan untuk postingan yang berkualitas.
Beberapa poin diatas mungkin hanya sebuah  masukan yang bisa saya berikan dengan melihat kondisi kepemudaan saat ini walau cenderung mengarah kepada gerakan pemuda digital. Â
Tapi saya sendiri masih sangat yakin jika Gerakan Pemuda akan terus eksis karena pemuda lah yang akan selalu menjadi penopang maju mundurnya sebuah negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H