Mohon tunggu...
Andri Saleh
Andri Saleh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Aku bukanlah siapa-siapa, hanyalah seorang lelaki 32 tahun, suami dari seorang istri, bapak dari dua anak. Aku pun bukan seorang penyair, hanyalah seorang pemimpi yang menuliskan mimpi-mimpinya dalam bentuk coretan di atas kertas :-)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Tuan-tuan PLN yang Terhormat

5 Maret 2014   23:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_326058" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"][/caption]

Kepada yang hamba hormati

Tuan-tuan PLN yang ada di atas sana

Di kursi-kursi yang empuk

Di ruangan yang mungkin terang benderang


Maafkan hamba, tuan-tuan PLN yang terhormat

Tulisan ini hamba buat bukan untuk berkeluh kesah

Bukan pula untuk mencaci-maki

Justru hamba ingin menyampaikan rasa terima kasih

Berjuta-juta terima kasih

Atas gelap gulita yang tuan-tuan berikan


Wahai, tuan-tuan PLN yang terhormat

Terima kasih atas gelap gulita ini

Karena hamba bisa merasakan bagaimana rasanya orang-orang yang tak mampu itu

Mereka yang tidur di emper-emper toko

Mereka yang terlelap beratapkan langit


Wahai, tuan-tuan PLN yang terhormat

Terima kasih atas gelap gulita ini

Karena hamba tak lagi menyaksikan tayangan-tayangan tivi yang tak pantas

Joget-joget itu, gosip-gosip itu

Mungkin tuan-tuan menginginkan hamba

Agar lebih banyak berdzikir mengingat-Nya


Wahai, tuan-tuan PLN yang terhormat

Terima kasih atas gelap gulita ini

Karena hamba tak lagi betah berdiam diri di dalam rumah

Mungkin tuan-tuan menginginkan hamba

Agar lebih banyak bersilaturahim dengan tetangga dan handai taulan


Wahai, tuan-tuan PLN yang terhormat

Terima kasih atas gelap gulita ini

Karena hamba tak lagi repot mendidik kerasnya hidup kepada anak-anak hamba

Mungkin tuan-tuan menginginkan anak-anak hamba

Untuk tetap bernyanyi dan menari dalam terang maupun gelap


Wahai, tuan-tuan PLN yang terhormat

Terima kasih atas gelap gulita ini

Karena hamba tak lagi bergelut dengan pekerjaan hamba

Entri ini entri itu, kirim email ini kirim email itu

Mungkin tuan-tuan menginginkan hamba

Beristirahat sejenak dari kejenuhan, lepas sejenak dari keruwetan


Wahai, tuan-tuan PLN yang terhormat

Terima kasih atas gelap gulita ini

Karena hamba bisa merasakan indahnya berbesar harap

Ketika tuan-tuan menjanjikan terang benderang

Dulu, dulu sekali


Wahai, tuan-tuan PLN yang terhormat

Maafkan hamba jika ada kalimat yang tidak berkenan

Maafkan hamba jika ada salah eja salah kata

Karena tulisan ini hamba buat

Dalam gelap gulita


Sekali lagi berjuta-juta terima kasih

Kepada yang hamba hormati

Tuan-tuan PLN yang ada di atas sana

Di kursi-kursi yang empuk

Di ruangan yang mungkin terang benderang


Rantauprapat, Sumut

Selasa, 4 Maret 2014, 19.35 WIB


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun