Mohon tunggu...
Andri Rusdianto
Andri Rusdianto Mohon Tunggu... Penulis - Seorang mahasiswa yang suka berpikir kritis dan memberikan argumen.

Lahir di Klaten dan berkuliah di Semarang. Saya suka menulis sejak duduk di usia sekolah dasar. Motivasi saya menulis adalah karena saya suka menulis. Selain menulis, saya punya hobi lain seperti bersepeda, editing video, solo traveling, menonton anime dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Salmon Pemakan Skripsi

14 Januari 2023   15:14 Diperbarui: 14 Januari 2023   15:17 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Angin menyapu lembut setiap helai rambut Dirga. Mata sayu itu tampak menatap tajam aspal berlubang di jalan raya. Sesekali menarik napas dan membayangkan jalan hidupnya seperti jalan aspal berlubang itu. Tiga tahun setelah berusia kepala dua membuat pikirannya tersadar bahwa bom waktu terus berjalan. Jika usaha dan semangatnya hanya sekecil ini, tentu akan muncul banyak kesusahan dalam beberapa bulan lagi. Namun, lamunannya seketika terpecah ketika Andi menghampirinya.

"Dirga, tumben masih di sini? Ada apa? Judul udah aman kan? Punya gue masih banyak yang salah nih."

"Nggak ada apa-apa." Dirga memalingkan pandangannya dari Andi.

"Apa lu masih kepikiran tentang skripsi? Masih banyak kok yang belum fokus ngerjain skripsi, lagian masih semester 7. Baru awal-awal banget. Masih ada tuh yang sibuk mikirin KKN, kita enak udah dapat nilainya hasil dari ikut program pemerintah. Santai aja."

Andi mencoba menebak isi pikiran Dirga. Kondisi kampus dengan berbagai macam programnya membuat beberapa mahasiswa kesulitan untuk lulus di semester 7 tanpa mencoba cara alternatif seperti program pendidikan dari pemerintah yang menggantikan nilai KKN dan beberapa syarat mata kuliah dengan waktu yang singkat. Namun, hal yang tidak diketahui oleh Andi bahwa Dirga sudah kehabisan waktu.

Dirga menyesal meninggalkan kampus lamanya dan kehilangan waktu satu setengah tahun menjadi seorang mahasiswa. Namun, hal tersebut dilakukannya agar tidak membuang uang yang telah diberikan oleh orang tuanya lebih banyak lagi karena kapasitasnya yang tidak mampu mengimbangi tuntutan mata kuliah di program studi.

Di kampusnya yang baru, dia bahkan mampu menginjak semester akhir. Namun, kedua orang tuanya bukanlah orang yang memiliki banyak harta. Dirga juga memiliki seorang adik yang masih dibiayai oleh kedua orang tuanya. Masa kuliahnya yang kedua ini mungkin hanya bertahan sampai semester delapan atau bahkan tujuh. 

Jika tidak diselesaikan dengan segera, maka antara adiknya atau Dirga sendiri yang harus memutus masa pendidikannya. Dirga yang mendengar ucapan Andi itu hanya bisa mengiyakan tanpa membicarakan masalah yang dihadapinya.

Alasannya sederhana, Dirga berpikir bahwa sudah sewajarnya seorang mahasiswa menyelesaikan tugas akhirnya. Hal itu bukan sesuatu yang perlu untuk diceritakan, tetapi mungkin akan membuatnya tampak seperti seorang mahasiswa yang ambisius dalam menyelesaikan tugas akhirnya.

"Duh, pusing!" ujar Dirga ketika sampai di kamarnya.

Dia hanya bisa memandang langit-langit kamar dan berpikir cara menyelesaikan skripsinya dengan cepat. Sesekali Dirga memandang layar ponselnya untuk sekedar ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh teman satu angkatannya. Ternyata, tidak jauh berbeda dengan beberapa hari dan minggu sebelumnya. Hanya wajah senyum gembira dan tempat-tempat liburan yang menyenangkan. Namun, ada juga yang sedang mengerjakan skripsi.

Orang itu adalah Tasya, salah satu mahasiswi yang memang dipandang rajin oleh beberapa dosen dan mahasiswa lainnya. Dia dikenal sebagai orang yang cukup ramah dan pekerja keras. Meskipun tidak terlalu aktif di organisasi kampus pada semester lalu, tetapi dia aktif dalam mengikuti beberapa lomba di luar kampus. 

Dirga mulai tampak sedikit bersemangat untuk memulai mengerjakan skripsinya. Dia berencana untuk menemui Tasya. Dia berharap mendapatkan banyak saran atau menjadi teman satu perjuangannya dalam mengerjakan skripsi.

Ketika Dirga telah membuat janji temu, mereka memutuskan untuk mengobrol di sebuah rumah makan. Tampaknya Tasya berkerja paruh waktu di tempat itu. Dirga tampak sungkan ketika melihat Tasya masih memakai seragam karyawan.

"Nggak apa-apa, aku udah ijin kok ini," ucapnya sambil tertawa kecil untuk meyakinkan Dirga.

"Beneran kan?"

"Iyap."

"Syukurlah kalau gitu."

Dirga menarik kursi lalu duduk di kursi kayu yang cukup nyaman. Lalu, menaruh tas selempangnya di atas meja. Dia menarik napas panjang seolah tampak masih bingung memilih kata dan harus bercerita seperti apa.

"Jadi, kamu juga udah mulai ngerjain skripsi?" tanya Tasya untuk memulai pembicaraan.

"Iya, agak aneh nggak sih di saat temen yang lainnya kaya masih belum fokus ngerjain ini?" ucap Dirga spontan.

"Nggak kok." Tasya menggeleng.

"Aku aja juga udah langsung mulai ngerjain, aku nggak mau terlalu lama menjadi beban orang tua," tambah Tasya.

"Meskipun udah kerja paruh waktu?"

"Yang aku maksud bukan beban orang tua secara finansial, tetapi juga beban pikiran. Ya meskipun biaya kuliahku dari semester dua sampai sekarang itu sebagian dari hasil usaha kerasku kerja paruh waktu sih."

"Aku sendiri masih biaya penuh dari orang tua. Aku juga agak khawatir kalau skripsiku enggak selesai di semester ini atau semester depan."

Dirga pun mulai menceritakan segala hal tentang masalahnya dengan jelas kepada Tasya. Hal itu pun membuat Tasya mulai memahami keadaan yang sedang dihadapi oleh Dirga.

"Nggak usah terpengaruh sama kata-kata orang yang menghambat kerja kerasmu, ditambah lagi mereka juga nggak sepenuhnya tahu tentang keadaanmu," ucap Tasya mencoba untuk memberikan semangat.

"Kamu bener sih."

"Kayanya sih cuma kita berdua yang fokus banget ngerjain. Jadi kaya ikan salmon," ujar Tasya.

"Salmon?"

"Iya, ikan yang melawan arus sungai untuk menghindar dari beruang pemangsa demi meraih kebebasan di ujung sungai."

"Puitis banget," ujar Dirga sambil menahan tawa.

"Ih, ya udah nih. Jadi, kapan mau ngerjain skripsi bareng? Kalau ada temennya kan kita bisa tukar pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun