Mohon tunggu...
Andri Pamungkas
Andri Pamungkas Mohon Tunggu... Owner a Startup -

Saya banyak bertanya. Apa aja dan apa adanya. Jujur saja, kadang biasa aja. Tapi tidak mengapa. Sudah ya..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teknologi "Maha Mengetahui"

1 Desember 2015   18:53 Diperbarui: 2 Desember 2015   06:03 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mari kita berimajinasi dan membayangkan kondisi ini: Anda pergi ke sebuah masa primitif manusia. Dunia yang dalam bahasa teknologi yang kita sebut sebagai nir-teknologi sophisticated (rumit dan canggih). Sebab, teknologi sudah eksis semenjak manusia ada meski itu paling sederhana. Anda pasti ingat teknik berburu dan meramu pelajaran sejarah jaman sekolah.

Lalu, tarik sekelompok manusia primitif itu, ajak mereka "wisata" ke jaman ini. Lalu silahkan Anda melakukan hal-hal seperti ini:

1. Minta mereka menikmati sebuah ruangan rumah selama 2 jam. 2 jam kemudian, Anda bercerita bahwa Anda mengetahui apa saja yang telah mereka lakukan di rumah itu, bahkan mendengar apa saja yang mereka ucapkan.

Sebenarnya Anda hanya telah menggunakan CCTV plus beberapa alat sadap suara.

2. Ajak mereka keluar, biarkan mereka menikmati indahnya taman dan cuaca. Lalu Anda buka sebuah aplikasi Weather dan sampaikan ke mereka bahwasanya nanti malam kemungkinan besar akan datang hujan. 

Malam itu hujan memang turun, entah pukul berapa pas-nya.

3. Anda bercerita kemudian, tidak jauh dari lokasi rumah ini sedang terjadi sesuatu. Lalu ajak mereka ke lokasi itu, dan benar apa yang sedang terjadi sesuai cerita Anda.

Sebenarnya anda baru saja membaca berita online realtime.

Cukup. 3 hal ini saja dulu.

Lalu jika kemudian Anda menanyakan ke orang-orang primitif ini dengan pertanyaan: "Bukankah aku "maha mengetahui"?" Saya yakin mereka akan menjawab iya, dan bahkan akan cenderung ketakutan terhadap "ilmu" Anda. Kira-kira berikutnya mereka akan menyembah Anda? Bisa jadi. Atau malah menganggap Anda tukang sihir.

Inilah keluarbiasaan umat manusia. Dalam hitungan ribuan tahun, manusia bisa menjadi lebih canggih dibandingkan orang-orang sebelumnya. Apa yang dulu terlihat mustahil perlahan mulai nyata.

Apakah Anda kemudian tidak sama penasarannya dengan saya, kira-kira teknologi seperti apa yang akan muncul dan seperti apa "ilmu" manusia di ribuan tahun kedepan? Jika kita saat ini saja sudah seperti "Maha Mengetahui" bagi orang-orang primitif itu, bagaimana jika andaikan kita kedatangan manusia dari ribuan tahun setelah kita? Bukankah mereka akan lebih "Maha Mengetahui" dari kita saat ini.

Inilah bukti bahwa konsep "Maha Mengetahui" milik Tuhan bukanlah omong kosong. Kita manusia saat ini hanyalah masih primitif dibanding "teknologi" milik Tuhan. Seperti orang primitif tadi, yang tidak mungkin bisa memahami bagaimana Anda bisa mengetahui apa saja yang mereka lakukan dan bahkan mendengar apa yang mereka ucapkan di rumah tersebut selama 2 jam. Seperti halnya kita tidak akan bisa memahami "teknologi" Tuhan untuk bisa Maha Mengetahui, Mendengar, dan Melihat, setidaknya untuk saat ini.

Terakhir, coba lihatlah rekan-rekan kerja sekantor Anda, atau teman-teman kuliah Anda, atau orang-orang di sekeliling Anda lainnya. Bisakah Anda melihat siapa-siapa yang akan sukses dan yang tidak? Wuih, jika Anda saja bisa bagaimana dengan Tuhan? Tenang, itu hanya gambaran atas masa depan seseorang terhadap kinerja masa lampau hingga saat ini-nya. Sebab, nasib seseorang bisa berubah jika dia ingin merubahnya, ini Tuhan yang sampaikan sendiri, pasti.

 

#mariBerkarya | atlantisbegin.com

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun