Tapi, di balik kepanikan, ada suguhan hijau permai dari Sang Kehidupan. Kanan-kiri, depan-belakang, dan bawah kita semua hijau, dengan warna seragam. Yang terbayang, oh ini rasanya jadi burung terbang di atas hutan.Â
Hampir setiap pengunjung, termasuk saya mengabadikan momen di titik itu.Â
Berfoto rasanya jadi kewajiban, tak heran banyak bermunculan foto dengan gaya serupa di jembatan gantung ini di sosial media. Cukup, setelah kebutuhan dokumentasi dirasa usai, segera saya akhiri berlama-lama di jembatan ini.Â
Setelah jembatan ini, lalu usai? Belum. Setidaknya masih ada tiga tujuan lainnya, yaitu Curug Sawer, Situ Gunung, dan jembatan gantung yang berdimensi lebih kecil.Â
Saya tidak pergi ke Situ Gunung, dan memilih untuk ke Curug Sawer, lalu mengakhiri perjalanan pulang dengan melewati jembatan gantung yang satunya.
Tak perlu waktu lama sebenarnya untuk beralih ke tujuan selanjutnya (Curug Sawer), karena dengan berjalan 15 menit kita akan sampai di curug cantik di kawasan ini.Â
Suara riuh air yang jatuh dari ketinggian terdengar semakin jelas, saat langkah kita semakin mendekatinya. Ternyata, salah satu alasan jembatan ini dibangun, untuk memudahkan kita sampai ke titik ini.Â
Sebelum masuk ke area utama curug, kita akan terlebih dahulu disambut oleh puluhan kios pedagang cemilan, makanan, minuman, dan pernak-pernik. mereka siap menjadi pahlawan jika kita merasa lapar atau haus karena perjalanan.Â