Semakin kuat rasa sedih saya rasakan saat memutuskan untuk lebih mengeksplorasi setiap ruangan di sana. Dinding dan meja-meja yang dipenuhi sisa "harta" mereka, serta lantai yang sepenuhnya ditutupi oleh pasir halus dari sisa amukkan Merapi kala itu, berhasil membuat saya seolah ada dan menjadi bagian dari kejadian tersebut.Â
Terdapat pula tulisan-tulisan yang terpatri di dinding yang diibaratkan sebagai pesan dari Merapi. Rangkaian kata-kata dalam pesan tersebut semakin mengingatkan bahwa kita tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan Merapi. Rasa hormat terhadap Merapi saat itu juga saya rasakan.
Merapi yang sebelumnya terlihat gelap karena tertutup langit malam, perlahan mulai menunjukkan sisi kontrasnya. Sinar matahari pagi yang menyorotnya dari sisi timur, mulai mengubah Merapi sebagai "gunung emas".Â
Hal itu terjadi karena sinar matahari pagi menyentuh bebatuan Merapi, sehingga menimbulkan warna keemasan, saat dilihat dari kejauhan. Sinar matahari menyentuhnya mulai dari puncak dan secara perlahan menyebar hingga ke bagian kakinya.
Jurang yang dipenuhi bebatuan besar yang asalnya dari perut Merapi. Hal tersebut yang akan membuat kita berpikir, "kok bisa, ya batu sebesar itu keluar dan berada di posisinya sekarang ini?" Jawabannya satu, Merapi punya kekuatan itu.Â
Untuk bisa mengakses hal-hal di atas, kita bisa menggunakan jasa trip lava tour Merapi, yang tarifnya sekitar Rp400.000 per satu mobil jeep. Mobil yang bisa menampung 4 orang tersebut akan membawa kita berkeliling sekitar Merapi, dengan melewati jalur-jalur evakuasi bencana.
Merapi merupakan paket komplit bagi siapa saja yang bernaung di sekitarnya. Selalu ada berkah dan nikmat yang disuguhkan oleh Merapi dalam setiap aktivitas dan hasil aktivitasnya.Â
Tapi, Merapi juga menjadi sebuah pengingat yang akan selalu menepati janjinya, bahwa, kelak, atau kapan pun dirinya beraktivitas, maka Merapi tidak pandang bulu. Jika mereka harus besentuhan dengan aktivitas Merapi, maka Merapi akan menyentuhnya tanpa memandang siapa mereka. Itulah Merapi.