Sekali berangkat mengangkut rombongan, disiapkan dua bus dengan model yang sama. Kami berjalan beriringan depan-belakang. Sepanjang perjalanan, yang kami lihat adalah lahan luas yang belum disentuh tangan pembangunan.Â
Baru ada jalan yang mulus dan beberapa pembangunan fasilitas di area tertentu. Pemandangan itu persis kayak waktu masuk dari gerbang utama ke loket penjualan tiket masuknya.
Perjalanan dengan bus di tengah hari itu akhirnya usai, kami tiba pelataran patung utama. Patung ini bener-bener besar. Patung yang terlihat silau kalo kita memandangnya ke bagian atas, karena terkena pantulan sinar matahari.Â
Saran saya, kalo ke sini jangan lupa bawa penutup kepala dan kacamata hitam, apalagi kalo ke sini saat tengah hari.
Bener emang kami dikasih arahan, tapi ternyata arahan itu kurang enak didengar, karena menurut peraturan yang dikeluarin oleh pengelola destinasi ini, wisatawan umum belum bisa masuk ke dalam patung GWK. Lho.. para wisatawan, termasuk saya langsung kaget dengar kabar itu.Â
Lanjut penjelasan si pemandu kalo kita belum bisa masuk ke dalam karena, pertama GWK belum dibuka buat umum, dan yang kedua karena masih ada proses penataan galeri.
Kalo dibilang kecewa, ya kami kecewa. Tujuan utama kami datang ke sini karena mau masuk ke dalam patung super megah itu, dan naik sampe ke titik tertingginya, buat lihat sekeliling Bali dari ketinggian.Â
Aturan dan ketentuan dibuat buat ditaati, dan kami ikuti ketentuan tadi. Sebagai gantinya, pemandu wisata hanya memperbolehkan kami buat menjelajah di area pelataran patung ini.Â