Masalah itu udah teratasi. Pun, kalo gak mau keluar uang buat beli air minum, selama perjalanan kita bakal sering ketemu sama anak sungai yang alirannya jernih. Kalo mau nekat, ya, bisa coba minum itu, tapi resiko ditanggung sendiri. Intinya, gak perlu takut kehausan selama perjalanan menunju Baduy Dalam.
Buat yang gak mau berat-berat bawa tas bawaan kita, kita juga bisa pake jasa porter. Portenya gak lain dan gak bukan adalah warga Baduy Dalam yang menemani perjalanan kita. Terus berapa biayanya? Mereka gak ngasih rate harga buat jasa yang mereka kasih.
Waktu itu, saya juga coba pake jasa porter ini. Setelah tawar-menawar, kami sepakat di harga Rp 60.000 buat jasa porter ini.Â
Jasa ini gak cuma pas berangkat aja, tapi pas pulang pun mereka bakal bawain barang kita, dan dengan orang yang sama. Ringkas, aman, dan mudah kan? Mau pake jasa porter atau enggak, itu balik lagi ke masing-masing. Gak ada paksaan. Kalo kalian beneran mau coba sensasi hiking dan hemat pengeluaran, ya bisa bawa sendiri. Tapi, kalo mau ngerasa dipermudah, gak ada salahnya pake jasa porter. Itung-itung menambah pemasukan bagi warga Baduy Dalam juga.
Jembatan gantung. Setelah sekian kali nanya ke warga Baduy Dalam: "ini sampenya kapan sih? Masih jauh ya?" dan jawaban mereka selalu: "udah deket kok". Entah definisi deket mereka itu kayak apa.
Akhirnya, kami sampai di sebuah jembatan gantung besar. Jembatan gantung yang terbuat dari bambu utuh yang disusun dan diikat dengan tali alam, rotan, dan serabut.Â
Jembatan gantung besar yang di bawahnya adalah aliran sungai jernih. Sungai dengan riak-riak air yang beradu dengan bebatuan sungai. Sungai yang jadi salah satu sumber kehidupan suku Baduy.
Jembatan gantung besar ini menurut tuturan mereka adalah pembatas antara Baduy Luar dengan Baduy Dalam. Dan, jembatan ini pula yang jadi batas antara dunia luar dengan kehidupan Baduy Dalam yang seutuhnya. Segala alat elektronik dan komunikasi udah gak boleh dipake lagi. Stop! Dan selamat datang di wilayah Baduy Dalam.
 Sebelum lanjut berjalan ke tujuan utama kami, desa Cibeo, Baduy Dalam, kami dipersilakan buat menyegarkan diri dengan membasuh diri di aliran sungai itu. Rasanya gak usah ditanya. Seger pol!
Jangan pikir setelah masuk wilayah Baduy Dalam medannya jadi lebih gampang ya. Salah. Justru, medan yang "disuguhin" lebih menantang lagi. kita bakal ketemu tanjakan-turunan-tanjakan-turunan yang gak abis-abis.Â