Mohon tunggu...
Andri Limka
Andri Limka Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang tertarik membaca, menulis, dan membagikannya kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cuapan Go Green! (2)

15 Januari 2021   20:06 Diperbarui: 15 Januari 2021   20:08 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Pixabay.com

Tulisan ini hanya mau mengajak kita bersama-sama melihat realita dalam hidup sehari-hari yang tampak oleh mata namun terkadang tidak disadari.

Gaung go green yang selalu menggema membuat banyak instansi ataupun kelompok yang menyisihkan beberapa waktu mereka untuk memikirkan hal ataupun persoalan mengenai lingkungan.

Katanya go green,

Padahal mencetak sebuah dokumen hanya menggunakan satu sisi kertas. Kalau cetakan itu buruk atau salah, kertas itu pun langsung di remas-remas atau disobek dan dibuang ke tong sampah (syukur kalau masih dibuang ke tong sampah).

Bila serius peduli dengan lingkungan, kertas itu bisa dicetak bolak-balik (dua sisi). Selain itu, masih dapat juga dipotong2 dalam ukuran kecil sebagai kertas coret-coret (seperti menulis nomor telepon atau hal penting yang muncul mendadak).

Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan yang program CSR nya adalah menanam pohon. Sungguh mulia yah. Tapi sayangnya, kondisi dalam perusahaan tidak sebegitu pedulinya dengan lingkungan.

Contoh kecilnya saja (mungkin sangat kecil), kertas yang tidak digunakan lagi karena cetakan buruk atau salah langsung dihancurkan oleh mesin penghancur. Lho?

Alasannya, tulisan dalam cetakan itu merupakan rahasia perusahaan, bila tidak dihancurkan dapat dilihat oleh umum dan bisa saja membahayakan. Masuk akal.

Tetapi oh tetapi, kertas yang sudah dihancurkan itu hanya dibuang begitu saja ke tong sampah. Benar sih dibuang ke tong sampah. Namun bukankah alangkah lebih baik bila hancuran kertas itu diolah kembali lagi?

Mungkin saja dapat dibuat kertas daur ulang atau semacamnya. Perusahaan kan bisa saja bekerja sama dengan salah satu bank sampah atau tempat pengelolaan sampah untuk mengolahnya kembali.

Atau bila memang serius untuk peduli, perusahaan dengan dana CSR-nya yang memang untuk pelestarian lingkungan dapat membangun tempat untuk mengelola sampah tersebut. Ya kalau sudah bangun tempat kan tidak harus hanya kertas tapi juga sampah plastik.

Bukankah itu lebih mulia?

Ini hanya sedikit kisah yang dapat dijadikan bahan refleksi dan renungan untuk kita,

agar jangan hanya menyerukan orang lain untuk peduli lingkungan tetapi diri sendiri tidak ada aksi nyata untuk merealisasikannya.

Kalau memang demikian, sungguhkah peduli atau hanya sebatas pencitraan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun