Attar dan Adam sedang berdebat di depan seorang gadis manis yang mereka perebutkan. Sang gadis dibuat heran dengan tingkah dua laki-laki dewasa tapi masih jomlo yang duduk di depannya. Sejak tadi mereka asyik berdebat entah tentang apa saja. Intinya, ya, cari perhatian si gadis manis.
"Dam, ko yakin mau saingan sama awak?" tanya Attar sambil menyibak rambut gondrongnya.
"Tentu. Indira harus jadi milikku!" seru Adam sambil tersenyum sinis.
"Eleh! Gayamu selangit, Wak. Taunya kantong tipis." Attar tak mau kalah.
"Jangan asal ngomong, Bro. Tanah warisan banyak masih nganggur," balas Adam sambil mendelik kesal.
"Bukannya warisan ko. Warisan orang!"
Indira geleng-geleng kepala melihat Tingkah mereka berdua. Sebenarnya dua lelaki itu adalah sahabtnya.
"Dam, kita main tebak-tebakan aja kalau gitu, yang menang sore ni bisa ajak Indira jalan," ucap Attar.Â
"Siapa takut!"
"Oke. Coba cammana suara bebek?" tanya Attar sambil memainkan rambutnya.
"Kecil itu. Kwek kwek kwek!"
"Wes, mantab! Suara kambing?"
"Itu lebih kecil. Mbeeeeeekkk!"
"Memang berbakat kali ko kutengok. Terakhir, cammana suara buaya?"
"Ah! Itu? Sebentar!" Adam mengerutkan keningnya. Dia terlihat serius sambil menatap Indira.
"Woi! Kek mana? Jangan ko tatap-tatap kali calonku itu. Ko jawab ajalah suara buaya tadi."Attar melempar Adam dengan kulit kacang.
"Nggak tau aku. Nggak pernah pulak kudengar suara buaya."Akhirnya Adam menyerah.
"Jadikan we, suara buaya tu kek gini. Ko dengar baik-baik: Dek, kalau dilihat-lihat, adek kayak le mineral. Ada manis-manisnya. Kira-kira boleh kenalan?"
Asaaam!
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H