Tahun baru kurang dua hari lagi,Risky termenung di kamarnya merasa sedih. Teman temannya bercerita akan  merayakan di berbagai kota besar saat pulang sekolah tadi. Bahkan Olla mengatakan akan berlibur ke Korea sementara yang lain bercerita akan ke Semarang, Solo atau Yogyakarta. Sementara ayahnya megajak ke rumah kakeknya di desa Cuntel di lereng Gunung Merbabu. Desa kecil sepi dan pasti tak aka nada pesta kembang api seperti yang biasa di kota kota besar.
Risky akan malu jika diminta bu Christin untuk menceritakan liburan akhir tahunnya. Pasti semua teman sekelasnya akan menertawakan liburannya. Mereka akan asyik mendengar cerita Olla yang ke Korea, Darman yang ke Semarang, atau cerita Koko yang akan mengunjungi pamannya yang kuliah di Yogya sekalian berwisata di sekitarnya. Tatik yang tak bepergianpun pasti bisa dengan mudah bercerita malam tahun baru di kotanya yang akan ada pesta kembang api di Lapangan Pancasila.
Risky merasa ayahnya tak adil karena mengajak malam tahun baru ke desa kakeknya lereng gunung yang pasti sepi . Tak ada yang bisa dilihat apalagi dibanggakan kepada teman temannya.
Pagi pagi benar ayah ibunya sudah bersiap siap. Mobil jeep tua sudah disiapkan sejak beberapa hari lalu. Dengan terpaksa Risky ikut kemauan ayahnya merayakan Tahun Baru di desa.
"Ky nanti kakekmu sudah membuat kejutan untuk kita, kamu pasti suka,"katanya ibunya ditengah suara mobil yang menderu deru karena jalan sudah mulai menanjak.
Risky tetap diam di kursi belakang sambil membaca whatsapp group kelasnya. Semua sudah share foto foto perjalanan mereka. Tatik pun yang jaga kendang karena tidak keluar kota bisa posting foto foto persiapan malam tahun baru di Lapangan Pancasila. Bahkan dia sempat berfoto dengan aktor ibu kota asal kotanya.
" Ky kamu tidak lupa bawa sleeping bag kantong tidur kan ? Udara sangat dingin biasa di Desa Cuntel," tanya ayahnya.
Risky tetap berdiam diri tak menjawab, ia masih marah dengan keputusan ayahnya pergi ke desa.
Mereka sempat berfoto di depan gereja tua peninggalan Belanda di lereng gunung itu. Ayahnya pernah bercerita bahwa gereja tersebut didirikan oleh keluarga Van Emmerick orang asli dari Belanda. Ndoro Tuan Emmerick menolong pengungsi saat Gunung Kelud 'meletus dengan mendirikan pemukiman di sana.
Risky tetap tak mau berfoto dengan ayah ibunya. Dia lebih senang duduk di tugu peringatan pendirian gereja di tepi jalan sambil melihat perkebunan kopi yang terhampar di sekitarnya. Bau bunga kopi terasa harum di hidungnya.
Tak beberapa lama mobil berbelok ke jalanan berbatu batu, di kanan kiri terlihat kebun sayur yang menghijau. Risky mulai tertarik mengambil foto melalui camera hapenya. Terlihat di kejauhan air terjun yang membelah bukit nan hijau. Sepertinya enak mandi mandi di sana.