Mohon tunggu...
andries christian
andries christian Mohon Tunggu... Freelancer - astronaut kucing

Membuat catatan dikala sedang sendu yang dimana tulisan ini disponsori oleh karena sakit hampir selama 3 bulan sehingga ga bisa kemana-mana, akhirnya punya banyak waktu lebih untuk menulis sambil tiduran, Jangan terlalu serius menanggapi tulisan ini, didalamnya mengandung muatan hiperbola sehingga jangan terlalu diberi makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buih Serapah

26 Oktober 2019   07:51 Diperbarui: 26 Oktober 2019   07:56 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan ini akan terlalu haru untuk dikenang dikemudian waktu, sudut hitam yang mengajakku terus berlari lebih dalam, menjauhi cahaya yang semestinya ku peluk guna kehangatan yang menenangkan. 

Mesin waktu tua itu terus berputar dan aku masih dalam lingkaran yang sama seperti yang dulu, berputar mengelilingi asa yang buruk, memuja kebusukan yang diindahkan seakan semuanya hal yang lumrah, perlahan mereka menggerogoti setiap celah otak untuk memudarkan rasa berani menghadapi kawanan sosial berstrata.

Mencoba merasa untuk tidak merasakan, detakan jantung yang berdebar tidak beraturan, mengunci setiap inci kegelisahan yang memang sebenarnya tidak mempunyai makna khusus untuk dijadikan pembelajaran. 

Proses lambat menjadi baru, ragu memburu menyayat setiap lajur jalan kembali. Seperti matahari yang sungguh terik disiang ini, menyengat merah merekah. Bermuatan amarah. Setelahnya memang sungguh sangat cemas.

Disepertiga malam saat sejenak terlelap bergelantungan air mata turun bersahaja, ribuan sosok luka mengintip dibalik jendela, menatapku tanpa ragu menuntunku menjauhi tenang. 

Pertemuannya itu tidak di temukan tapi saling menemukan, malam yang sungguh melankolia. Jika diingat ingat ternyata aku masih lupa bagian mana yang hilang, tenggelam ditelan malam menuju subuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun