Mohon tunggu...
Andri Cahyono
Andri Cahyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ruang lingkup mempengaruhimu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menghidupkan Rampak Bedug: Strategi Kreatif Desa Mander Memanfaat Tiktok

2 Desember 2024   22:04 Diperbarui: 2 Desember 2024   22:41 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TikTok dan Tradisi: Apa Hubungannya? 

Siapa sangka, aplikasi yang sering digunakan untuk joget-joget atau konten hiburan kini menjadi alat promosi budaya? Desa Mander, yang terletak di Kabupaten Serang, Banten, mengambil langkah berani untuk mengenalkan budaya khas mereka, Rampak Bedug, melalui TikTok. Tradisi ini, yang kaya akan irama tabuhan dan energi kolektif, siap diangkat ke panggung dunia digital. 

Lewat program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang digagas oleh mahasiswa Universitas Pamulang, TikTok dipilih sebagai medium kreatif untuk memperkenalkan tradisi ini. Selain karena popularitasnya, platform ini juga dianggap mudah diakses oleh berbagai kalangan, khususnya generasi muda. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dari Balai Desa ke Dunia Maya 

Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, 18-20 Oktober 2024, di Balai Desa Mander. Pesertanya bukan hanya anak muda, tetapi juga masyarakat yang ingin tahu bagaimana media sosial bisa digunakan untuk melestarikan budaya. 

Rangkaian acara dimulai dengan sesi ceramah tentang potensi TikTok sebagai alat promosi. Kemudian, peserta diajak praktik membuat konten---mulai dari pengambilan video, pemilihan efek, hingga trik menyisipkan cerita budaya yang menarik. 

"Saya nggak nyangka, bikin video TikTok itu seru banget! Apalagi bisa sekalian ngenalin budaya kita," ujar seorang peserta yang juga petani setempat.

Hasilnya? Kreativitas Tanpa Batas

Antusiasme peserta benar-benar terlihat. Dari berbagai video yang dihasilkan, semuanya menampilkan Rampak Bedug dengan gaya berbeda. Ada yang menggunakan efek transisi modern, ada pula yang menambahkan cerita pendek tentang asal-usul tradisi ini. Dalam waktu singkat, beberapa video bahkan mulai menarik perhatian di platform tersebut. 

Tidak hanya itu, program ini juga menjadi ajang untuk menumbuhkan rasa bangga masyarakat terhadap budaya lokal. Generasi muda yang tadinya kurang tertarik pada tradisi Rampak Bedug kini aktif mempromosikannya. 

Mengapa Ini Penting?

Langkah ini tidak hanya tentang eksistensi budaya, tetapi juga peluang ekonomi. Ketika budaya lokal seperti Rampak Bedug dikenal luas, potensi pariwisata pun meningkat. Wisatawan yang penasaran dengan budaya ini mungkin akan datang, membawa dampak positif pada perekonomian desa. 

"Dengan TikTok, Rampak Bedug punya potensi besar untuk mendunia. Kami berharap tradisi ini bisa diterima dan diapresiasi oleh masyarakat luas," ujar Bayu Kurniawan, ketua program PKM. 

Budaya Lokal Mendunia: Ayo Ikut Berperan!

Kisah Desa Mander membuktikan bahwa media sosial bisa digunakan untuk hal-hal positif. Jadi, jika Anda punya tradisi lokal yang ingin dikenal dunia, mengapa tidak mulai dengan TikTok? 

Mari kita dukung inisiatif seperti ini, agar kekayaan budaya Indonesia terus lestari dan dikenal generasi mendatang---di mana pun mereka berada. Bagikan kisah ini, dan jadilah bagian dari gerakan besar ini!

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun