Saya pernah bertanya kepada murid ekstra musik saya di akhir sesi pembelajaran, begini: "Apa alasan kalian untuk memilih ikut ekstra musik?; Salah satu dari mereka pun menjawab, "refreshing dari matematika pak."
Jawaban yang sangat lugu, natural, dan spontan. Lalu hanya saya tanggapi dengan gelak tawa dan berakhirlah kegiatan ini. Sampai dirumah, jawaban bocah itu masih terngiang di kepala. Benarkah mereka memilih refreshing dari pelajaran matematika dengan cara bermusik?
Lalu saya juga pernah menjumpai pernyataan macam itu waktu awal masuk sekolah. Sekolah saya dulu merupakan SMK yang mempunyai jurusan musik. Lalu salah satu teman saya ditanya Ibu guru dalam sesi perkenalan di kelas. Guru bertanya, "Mas, kenapa dulu mau masuk sekolah musik ? pengen jadi musisi orkestra ?
Dan teman saya menjawab, "alasan pertama adalah menghindari matematika bu! "
Sontak seisi kelas tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban teman saya. Seolah memang mewakili apa yang mereka rasakan juga.
Musik dan Matematika. Kedua hal yang dipandang seolah berseberangan. Musik adalah soal olah jiwa, sedangkan matematika olah logika kata kebanyakan orang.Â
Musik digunakan sebagai hiburan, sedangkan matematika menjadi ilmu ukur. Musik soal bunyi dan matematika soal angka. Â Musik menawarkan kebebasan sedangkan matematika menawarkan kerumitan.
Perbandingan-perbandingan seperti itu lantas semakin menjauhkan korelasi antara musik dan matematika. Ada batas disitu, ada kontras, dan ada jarak.Â
Seolah musik tidak bisa disandingkan dengan matematika. Mereka berbeda, berjauhan, dan berseberangan, dan tidak mungkin untuk bersatu. Tapi apa benar?
Apa jawaban tadi terlontar dari murid saya karena ia sangat lelah dengan tetek bengek matematika? Lalu melepas penat bermain musik yang mengundang sukacita?Â
Tinggal jreng, nyanyi, teriak-teriak, dan hilanglah kerumitan matematika yang dipusingkan. Dan apakah jawaban teman saya juga karena paranoid dengan kerumitan matematika ?