Perebutan kekuasaan kembali terjadi. Dalam kehidupan berdemokrasi, pemilu adalah cara sah dan legal untuk mendapatkan kekuasaan. Para perebut kursi kekuasaan kali ini berjumlah belasan partai politik.
Bagaikan situasi seperti Game of Throne. Perebutan kekuasaan telah membela dua kekuatan besar. Untuk memenangkan pertempuran di 34 wilayah (baca: provinsi). Kekuatan petahana yang sedang berkuasa melawan peminat Presidential Throne.
Perebut kekuasaan ini harus memikirkan cara koalisi politik. Untuk memudahkan para pemain dalam Game of Presidential Throne. Butuh pembatasan hak untuk mencalonkan diri. Pada saat ini, pembatasan kekuatan politik itu bernilai 20 persen suara nasional.
Sehingga jelaslah, bahwa para perebut President Throne adalah kekuatan Pro Jokowi dan Pro Prabowo. Kekuatan politik yang terbelah menghadapi election winter is come. Suasana panas dan potensi kekerasan masih membayangi semua pihak.
Kekuatan Presiden Landing
Dari hasil pemilu 2014, kekuatan petahana memiliki keuntungan tersendiri. Kegiatan pemerintah yang sulit dikatakan berbeda dari kampanye. Apalagi masa-masa kampanye masih menjabat. Pemilik President Landing berpotensi mengamankan kekuasaannya.
Petana mampu menghimpun koalisi terbaik. Banyak partai politik yang bergabung. Bukan hanya partai pusat kekuasaan. Termasuk partai baru yang masih mencari peruntungan dalam game of election. Semua membentuk pasukan yang rapi dan tertib.
Dalam game of election, pendukung calon penguasa harus bermain cantik. Selain Pilpres, mereka juga harus menduduki kursi dewan. Mulai dari Senayan sampai dewan daerah. Dengan demikian, kekuasaan menyeluruh terkendali secara nasional.
Dari sisi alat sosialisasi, kampanye petahana ramai di setiap media. Bukan hanya media penguasa. Media sosial pun terkontrol dengan baik. Salah-salah menjawab, kekuataan presidential landing mampu menegakkan hukum untuk keadilan petahana.
Koalisi Penantang
Penantang memiliki beban berat. Selain dari keegoan dalam memilih pasangan. Seperti pemaksaan dalam urusan koalisi Kings Landing maupun koalisi mother of dragon. Pemasangan calon menggunakan satu warna menyita sebagian kekuatan.
Para penantang harus menghitung pasukan dan dana perang. Karena election winter is coming berlangsung cukup lama. Sekitar enam bulan untuk meneguhkan keyakinan para pemilih. Â Apakah penantang mampu mengalahkan kekuatan Kings Landing.
Keuntungan para penantang adalah diplomasi politik. Seperti kemampuan Tryon Lansnister yang cukup lihai mengolah kata. Kritik program menjadi ancaman nyata bagi petahan. Salah-salah menjalankan program, suara para penantang akan menggetarkan ruang dan waktu.
Kadang-kadang, penantang butuh sedikit penekanan kata. Sehingga konflik sosial meluas dan menyerang semua mata dan telinga rakyat. Dengan demikian, rakyat akan ragu dan mulai mempertimbangkan semua pilihan.
Penantang juga harus berkoalisi dengan kelompok massa. Komunitas tagar tidak perlu menyatu dengan koalisi tertulis. Cukup pertemanan yang saling menguntungkan. Dengan demikian, pejuang tagar dan medsos memulai perang online.
The Online Walker
Akan tetapi, petahana dan penantang harus mempersiapkan diri. Kalau bisa, bersatu dalam lawan yang tidak jelas. Mirip dongeng atau hayalan bisa juga mimpi.
Mereka adalah musuh yang kita buat sendiri. The Online Walker hidup setiap jam, menit dan detik. Seperti tidak mati dan hidup sepanjang waktu. Saat mereka menyerang, berita bohong, kedengkian, fitnah dan benci bagaikan mayat hidup.
Musuh ini, The Online Walker, bisa mempengaruhi politik, ekonomi, sosial, hukum dan semua jenis kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Mereka datang dan mengganggu petahana juga penantang.
The Online Walker mampu membawa pecandu medsos ke dalam politik yang gelap. Sampai-sampai kita sulit menerima secercah cahaya kebaikan. Kegelaman politik membunuh akal dan objektifitas. Share dan share. Itulah mantra The Online Walker dalam membunuh lawan.
Bagaimana perang perebutan the prseidential throne berlangsung? Kita menunggu orang yang jujur dan adil. Para pemain yang berusaha menyatukan nusantara tanpa mencederai rakyat.
Andrian Habibi, Kader Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H