ASI diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Selain itu juga memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingungan tempat tinggal, sanitasi dan air bersih serta pola hidup sehat.
Melatih para petugas kesehatan dan kader untuk mampu mendidik masyarakat. Pemerintah juga memberikan makanan tambahan, pemberian obat penambah darah untuk ibu hamil dan memberikan vitamin A serta obat cacing untuk balita.Â
Memfasilitasi masyarakat agar memiliki jamban sehat dan pola hidup sehat serta  mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang penurunan stunting. Yang juga menjadi fokus adalah pemberian pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan dan gizi kepada remaja perempuan dan calon ibu tentang cara mencegah stunting. Semakin dini pencegahan, semakin baik hasilnya.
Mengatasi stunting dimulai dari perubahan perilaku masyarakat. Sadar akan pentingnya kesehatan dan masa depan anak.. Salah satunya kementrian kesehatan mengadakan program kampaye gizi nasional.
Salah satu bentuk penyuluhan yang patut dicontoh adalah inovasi pos gizi  di Gorontalo untuk mengatasi stunting. Pemerintah dalam hal ini tim penggerak gizi dan bidan desa dibina puskesmas kecamatan setempat melibatkan masyarakat untuk mengetahui apa itu stunting, dan upaya pencegahannya.Â
Pertama tama mereka melakukan pendataan dan pengukuran di posyandu lalu selama 12 hari berturut-turut peserta pos gizi bayi dan balita akan dipantau berat badannya dengan mengajarkan personal hygiene bahkan orangtua didampingi kader diajarkan memasak makanan dengan menggunakan bahan pahan lokal.Â
Menu yang diajarkan disusun oleh petugas gizi dengan jumlah kalori 300-500 kkal dan protein 5-12 gram. Dengan upaya ini, kabupaten Gorontalo berhasil menurunkan prevalensi stunting balita dari usia 0-59 bulan dari 40,7% (2015) menjadi 32,3% (2017). (sumber :sehatnegeriku.kemkes.go.id)
Cegah stunting untuk menghasilkan generasi yang sehat, kuat dan cerdas. Sehingga ketika kita mendapatkan bonus demografi, Indonesia sehat siap dengan anak-anak bangsa yang sehat dan siap berprestasi.Â