Angka kelahiran yang meningkat, laju pertumbuhan penduduk yang melesat bahkan tidak terkontrol, pendidikan yang minim tentunya dapat mengakibatkan kemiskinan.Â
Perencanaan Hidup
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, batas usia menikah bagi perempuan adalah 16 tahun dan bagi pria adalah 19 tahun. Gugatan untuk menaikkan batasan usia menikah bagi perempuan dari 16 tahun menjadi 18 tahun ditolak oleh Mahkamah Konstitusi. Namun Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai lembaga pemerintah non kementrian mencanangkan menikah di usia ideal yaitu : usia di atas 20 tahun untuk perempuan dan di atas 25 tahun untuk laki-laki. Dengan usia tersebut tentunya diharapkan pasangan perempuan maupun laki-laki memilki kesiapan yang lebih. Kesiapan fisik yang lebih baik, kesiapan mental sehingga mampu menjadi ayah dan ibu dan juga yang tak kalah pentingnya kesiapan materi untuk kelangsungan kehidupan keluarga tersebut.Â
BKKBN dengan program GenRe (Generasi Berencana) membantu setiap anak-anak muda untuk sadar dan lebih mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Di usia yang muda, generasi muda hendaknya merencanakan pendidikannya, merencanakan pekerjaan ataupun usahanya, merencanakan pernikahannya, merencanakan dan mempersiapkan masa depannya.
![www.bkkbn.go.id](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/18/logo-genre-www-bkkbn-go-id-57b55fc4f27e61fc0e814da0.jpg?t=o&v=555)
Secara pribadi saya turut mendukung program BKKBN menikah di usia ideal. Menikah di usia ketika secara fisik, mental dan juga ekonomi siap. Memang tidak ada yang bisa mengukur kecukupan ekonomi seseorang. Ukuran cukup secara materi tentu berbeda pemahaman. Namun dengan tugas dan tanggung jawab yang besar dalam pernikahan, tentunya perlu kesiapan.
Sekedar berbagi pengalaman, saya menikah di usia yang sudah cukup matang yaitu 28 tahun, dan memilki anak di usia 30 tahun. Terkadang dalam menjalani peran sebagai ibu dan istri, sering terjadi kebosanan ataupun kelelahan secara fisik  dan emosi. Ketika saya sharing kepada beberapa teman, tak jarang mereka pun mengalami hal yang sama, namun mengingat bahwa pernikahan dan anak adalah anugerah yang harus disyukuri, dan juga secara pribadi saya sudah merasa puas dengan masa remaja saya, bersyukur dan berjuang adalah solusi dari setiap kelelahan tersebut.
Tidak dapat saya bayangkan perjuangan seorang ibu muda yang harus membesarkan anak dengan pengetahuan yang masih minim, disamping itu juga masih ingin memuaskan masa remajanya, ketika melihat teman-teman mereka masih asyik menuntut ilmu ataupun melakukan hal-hal lain dengan segudang mimpi, mereka juga harus berjuang mengurus anak dan suami  dan tak jarang ikut menjadi tulang punggung  ekonomi keluarga. Perjuangan yang bukan main-main. Namun hal tersebut masih banyak kita jumpai di masyarakat.Â
![www.bkkbn.go.id](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/24/generasi-berencana-www-bkkbn-go-id-57bcfb54187b617c34c718f2.jpg?t=o&v=555)
Keluarga adalah pondasi
Keluarga adalah organisasi terkecil dalam masyarakat. Dengan keluarga yang sehat dan bahagia tentunya akan menghasilkan keturunan ataupun generasi yang sehat dan bahagia pula. Melalui keluargalah akan terbentuk generasi penerus bangsa. Tentunya kita mengharapkan terbentuk generasi yang berkualitas. Keluarga yang berkualitas yang menjadi pondasi untuk terbentuknya generasi yang berkualitas.Â