Menurutku, kebahagiaan di rumah itu dikarenakan kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga yang terpenuhi, yaitu:
1. Kebutuhan dicintai dan mencintai. Senang, bahagia jika kita tahu dan yakin bahwa kita dicintai oleh pasangan dan anak kita.
Suami dan istri perlu menghabiskan waktu untuk berdua. Bisa saja nonton berdua, travelling berdua, makan berdua dsb. Melakukan aktivitas bersama untuk mempererat hubungan. Selain merasa dicintai oleh pasangan, perasaan dicintai dan mencintai oleh anak juga adalah anugerah. Melihat tumbuh kembang anak sedari bayi, belajar merangkak, memanggil mama, belajar berjalan, berlari, membaca dan aktivitas lainnya adalah suatu keajaiban bagi saya. Melihat senyum dan segala tingkah keunikannya mampu melunturkan semua penat dan lelah. Setiap pembelajaran dari anak adalah keajaiban bagi saya. Momen bersama dengan anak adalah selalu momen yang seru. Suatu hari anak saya bertanya ketika saya menemani dia bermain, "Ma, seru gak hari ini?". Saya spontan menjawab "Kalau ada Dany setiap hari selalu seru." Spontan senyumnya mengembang dan saya pun demikian. Tidak bisa dipungkiri, bagi setiap orangtua, momen bersama anak adalah selalu momen yang ditunggu dan menyenangkan.
Anak pun akan bahagia di rumah ketika dia mendapatkan dan merasakan cinta dari orangtuanya dan dari orangtuanya pula dia akan belajar tentang cinta.
2. Kebutuhan akan ekonomi
Ukuran kepuasan ekonomi memang tidak bisa ditentukan. Bahkan semakin banyak memiliki, bisa saja tetap merasa kekurangan. Namun, jika kebutuhan dasar ekonomi tidak terpenuhi, dapat menimbulkan konflik. Tentunya mencukupkan diri dan transparansi keuangan antara suami dan istri sangat diperlukan. Dulu, di awal pernikahan aku pernah menerapkan prinsip “uangku adalah uangku dan uangmu adalah uangku”. Awalnya suami tidak complain dengan prinsip itu. Namun ternyata prinsipku itu menimbulkan kekesalan di hatinya, karena dia menerapkan bahwa suami dan istri itu adalah satu. Apa pun yang dimilki suami adalah milik istri begitu pun sebaliknya. Prinsipnya juga benar, disitulah aku dibukakan pemikiran untuk menyesuaikan diri dengan pemahamannya.
3. Kebutuhan akan Sex
Sex adalah salah satu bentuk komunikasi antara suami dan istri. Komunikasi untuk menyatukan dan mempererat.
4. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri. Menurut wikipedia kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Ada pepatah yang mengatakan ‘aku terima kamu apa adanya, namun aku tidak ingin kamu menjadi apa adanya’ .
Melalui pernikahan, hendaknya potensi suami dan istri berkembang dan juga semakin dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun tak jarang banyak potensi baik suami ataupun istri tidak bertambah ataupun berkembang setelah menikah. Banyaknya kesibukan dan tuntutan dalam rumah tangga, sehingga lupa mengembangkan diri masing-masing. Terperangkap dengan rutinitas. Tak bisa dipungkiri, banyak istri yang bekerja di luar rumah adalah bentuk aktualisasi diri/pengembangan diri selain untuk membantu ekonomi keluarga. Namun ibu yang berkarier hanya di rumah saja pun tetap dapat mengembangkan potensinya jika selalu berkomitmen untuk mengembangkan diri.