Burung nuri di atas nipah
Bersiul-siul merangkai kata
Jika hati bahagia di rumah
Niscaya sukses menuai ceria, menggiring asa
Seorang teman di kantor selalu sering bertanya kepadaku dan teman lainnya tentang bagaimana mood bos hari ini. Apalagi jika dia mau bertemu atasan atau jika akan mengadakan meeting. “Gimana wajah si bos sewaktu datang? Bersiul, cemberut atau datar?” Semua orang bakalan di interogasi olehnya mulai dari security ,bahkan rekan yang lain. Khususnya security sudah hafal bakal ada pertanyaan tersebut dan mereka melakukan tugas mengintai si bos sejak dari kedatangan.
Suatu hari si bos datang dengan senyuman dan siulan serta menyapa setiap orang, “Tenang meeting kita bakalan aman, gak akan ada serangan,” ujar temanku dan terbukti meeting berjalan lancar. Di hari lainnya si bos datang dengan wajah datar dan memang ketika seorang rekan menanyakan sesuatu, dia mendapat jawaban dengan ketus dan menuai amarah dari bos. Lain hari si bos datang dengan gembira namun di siang hari, kami mendengar dia bertelepon dengan suara yang tinggi, kami mengira bahwa si bos sedang bertengkar dengan sang istri. Hasilnya dari siang hingga sore, wajah si bos cemberut melulu.
Dari pengamatan tersebut, ternyata mood yang dibawanya ke kantor berasal dari rumah. Jika mood atau hatinya senang dari rumah, maka di kantor pun dia akan senang dan juga mampu menciptakan suasana nyaman bagi karyawan. Demikian pula sebaliknya jika mood atau suasana hati tidak senang karena masalah dari rumah, maka di kantor suasana yang tercipta terkesan datar. Mungkin bukan hanya si bos yang menghadapi hal tersebut. Banyak orang yang terbawa suasana hati/mood dari rumahnya ke dalam lingkungan pekerjaan, sekolah, pergaulan dan lain-lain.
Suasana di rumah dapat memengaruhi suasana hati kita bahkan komunitas kita. Jika kita senang dan bahagia di rumah, maka kebahagiaan kita tersebut dapat ditularkan ke komunitas. Baik itu komunitas pekerjaan, organisasi, sosial dan lainnya.
Untuk menciptakan keluarga yang bahagia tentunya tidak mudah. Dibutuhkan perjuangan dari seisi rumah terutama suami dan istri. Karena suami dan istri yang menentukan arah dan racikan apa untuk keluarga yang mereka bina. Kebahagiaan seisi rumah, kebahagiaan anak-anak ditentukan oleh ayah dan ibunya. Aku tidak mengecilkan perannya single parent dalam menciptakan kebahagiaan di rumah. Namun berdasarkan pengamatan dan pengalaman kebahagiaan ayah dan ibu memengaruhi kebahagiaan seisi rumah. Ayah dan ibu yang bahagia membagikan kebahagiaan kepada anak-anaknya dan seisi rumahnya. Begitu juga sebaliknya jika ayah dan ibu bersedih maka bisa saja seluruh anggota keluarga membawa beban kesedihan.
Kebahagiaan seisi rumah khususnya kebahagiaan ayah dan ibu tercipta karena kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi. Berdasarkan konsep teori Maslow, manusia memiliki tingkat kebutuhan-kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hirarki. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka dapat saja terjadi kemuraman dalam keluarga.
Menurutku, kebahagiaan di rumah itu dikarenakan kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga yang terpenuhi, yaitu:
1. Kebutuhan dicintai dan mencintai. Senang, bahagia jika kita tahu dan yakin bahwa kita dicintai oleh pasangan dan anak kita.
Suami dan istri perlu menghabiskan waktu untuk berdua. Bisa saja nonton berdua, travelling berdua, makan berdua dsb. Melakukan aktivitas bersama untuk mempererat hubungan. Selain merasa dicintai oleh pasangan, perasaan dicintai dan mencintai oleh anak juga adalah anugerah. Melihat tumbuh kembang anak sedari bayi, belajar merangkak, memanggil mama, belajar berjalan, berlari, membaca dan aktivitas lainnya adalah suatu keajaiban bagi saya. Melihat senyum dan segala tingkah keunikannya mampu melunturkan semua penat dan lelah. Setiap pembelajaran dari anak adalah keajaiban bagi saya. Momen bersama dengan anak adalah selalu momen yang seru. Suatu hari anak saya bertanya ketika saya menemani dia bermain, "Ma, seru gak hari ini?". Saya spontan menjawab "Kalau ada Dany setiap hari selalu seru." Spontan senyumnya mengembang dan saya pun demikian. Tidak bisa dipungkiri, bagi setiap orangtua, momen bersama anak adalah selalu momen yang ditunggu dan menyenangkan.
Anak pun akan bahagia di rumah ketika dia mendapatkan dan merasakan cinta dari orangtuanya dan dari orangtuanya pula dia akan belajar tentang cinta.
2. Kebutuhan akan ekonomi
Ukuran kepuasan ekonomi memang tidak bisa ditentukan. Bahkan semakin banyak memiliki, bisa saja tetap merasa kekurangan. Namun, jika kebutuhan dasar ekonomi tidak terpenuhi, dapat menimbulkan konflik. Tentunya mencukupkan diri dan transparansi keuangan antara suami dan istri sangat diperlukan. Dulu, di awal pernikahan aku pernah menerapkan prinsip “uangku adalah uangku dan uangmu adalah uangku”. Awalnya suami tidak complain dengan prinsip itu. Namun ternyata prinsipku itu menimbulkan kekesalan di hatinya, karena dia menerapkan bahwa suami dan istri itu adalah satu. Apa pun yang dimilki suami adalah milik istri begitu pun sebaliknya. Prinsipnya juga benar, disitulah aku dibukakan pemikiran untuk menyesuaikan diri dengan pemahamannya.
3. Kebutuhan akan Sex
Sex adalah salah satu bentuk komunikasi antara suami dan istri. Komunikasi untuk menyatukan dan mempererat.
4. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri. Menurut wikipedia kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Ada pepatah yang mengatakan ‘aku terima kamu apa adanya, namun aku tidak ingin kamu menjadi apa adanya’ .
Melalui pernikahan, hendaknya potensi suami dan istri berkembang dan juga semakin dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun tak jarang banyak potensi baik suami ataupun istri tidak bertambah ataupun berkembang setelah menikah. Banyaknya kesibukan dan tuntutan dalam rumah tangga, sehingga lupa mengembangkan diri masing-masing. Terperangkap dengan rutinitas. Tak bisa dipungkiri, banyak istri yang bekerja di luar rumah adalah bentuk aktualisasi diri/pengembangan diri selain untuk membantu ekonomi keluarga. Namun ibu yang berkarier hanya di rumah saja pun tetap dapat mengembangkan potensinya jika selalu berkomitmen untuk mengembangkan diri.
Setelah menikah, aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga saja dan sekarang aku memutuskan untuk kembali bekerja di luar rumah. Menjadi ibu rumah tangga ataupun menjadi ibu rumah tangga yang berkarier di luar, keduanya adalah pilihan yang baik.
Selama menjadi ibu rumah tangga, aku sempat mengalami kebosanan dan kejenuhan serta lupa untuk mengembangkan setiap potensi. Hari-hari diisi dengan tugas rumah tangga yang itu-itu saja dari bangun pagi sampai tidur kembali. Tak jarang hati hanya diisi dengan sikap mengasihani diri sehingga aku tidak berkembang. Mamaku menasehatiku supaya jangan menjadi stres, pergunakan waktu dengan hal-hal yang bermutu. Menurut mamaku, anakku semakin cengeng dan sensitif. Ternyata anakku pun ketularan kesedihan hatiku, sehingga dia mudah sekali menangis dan sensitif.
Mendengar perkataan mamaku, aku merasa tertampar. Ternyata yang membuatku merasa bosan dan jenuh dengan rutinitas adalah karena kebutuhan aktualisasi diriku tidak terpenuhi. Walaupun sebagai ibu rumah tangga, seharusnya aku mengembangkan potensi dan kemampuan, bukan hanya terjebak rutinitas. Sejak saat itu, aku berusaha untuk mengembangkan diri dengan dan belajar hal-hal baru. Membaca artikel di internet, membaca tabloid wanita yaitu Nova. Membaca artikel yang membangun, membaca resep masakan dan juga artikel tumbuh kembang anak. Selain membaca aku belajar memasak, merajut , dan menulis. Senang rasanya ketika melihat hasil karya sendiri.
Karena bahagia itu sejatinya dimulai dari rumah. Ayah dan ibu yang bahagia, mampu mendidik generasinya dengan baik dan menjadi generasi yang bahagia. Sehingga tercipta keluarga yang bahagia. Keluarga-keluarga yang bahagia bisa membawa perubahan bagi komunitasnya, dan juga tentunya bagi bangsanya. Karena sekali lagi, kebahagiaan itu menular dan harus selalu diperjuangkan setiap harinya.
l
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H