Mohon tunggu...
Atik Andrian
Atik Andrian Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati sosial keagamaan

Membaca dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Personal Branding dalam Perspsektif Islam

28 Januari 2025   17:54 Diperbarui: 28 Januari 2025   15:59 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Personal Branding dalam Perspektif Islam

Pendahuluan

Personal branding bukanlah konsep baru yang hanya muncul di era digital. Sejak zaman dahulu, manusia telah berupaya membangun citra dan reputasi diri, baik dalam kehidupan sosial, politik, maupun keagamaan. Dalam sejarah peradaban, para pemimpin, ulama, dan cendekiawan memahami pentingnya membentuk identitas yang kuat untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.

Di dunia Barat, personal branding mulai berkembang secara sistematis sejak abad ke-20 dengan munculnya tokoh-tokoh bisnis dan politik yang menggunakan media untuk memperkuat citra mereka. Istilah ini semakin populer setelah Tom Peters, seorang pakar manajemen, memperkenalkannya dalam esainya The Brand Called You pada 1997. Di era digital, personal branding semakin mudah dilakukan melalui media sosial, di mana seseorang dapat menampilkan dirinya sesuai dengan citra yang ingin dibangun.

Namun, jika kita melihat dari perspektif Islam, konsep personal branding sejatinya telah ada sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabat. Rasulullah SAW dikenal dengan julukan Al-Amin (yang terpercaya) jauh sebelum diangkat sebagai nabi. Julukan ini tidak datang begitu saja, tetapi merupakan hasil dari akhlak, integritas, dan kejujuran yang telah beliau tunjukkan sejak muda. Para sahabat juga memiliki personal branding yang kuat, seperti Abu Bakar yang dikenal sebagai As-Siddiq (yang membenarkan) dan Umar bin Khattab yang dijuluki Al-Faruq (yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan).

Dari sini, kita dapat melihat bahwa personal branding dalam Islam bukan hanya tentang membangun citra diri, tetapi juga tentang menjaga konsistensi antara perkataan dan perbuatan, serta berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikan.

Pentingnya Personal Branding di Era Digital dalam Perspektif Islam

Di era digital, personal branding bukan hanya menjadi kebutuhan bagi para profesional, pebisnis, atau figur publik, tetapi juga bagi setiap individu yang aktif di dunia maya. Setiap unggahan di media sosial, setiap interaksi dalam platform digital, membentuk persepsi orang lain terhadap diri kita. Namun, Islam mengajarkan bahwa personal branding tidak boleh lepas dari nilai-nilai moral dan akhlak mulia.

Dalam Islam, membangun personal branding di era digital harus memenuhi beberapa prinsip:

  1. Kejujuran dan Transparansi
    Islam sangat menekankan kejujuran sebagai dasar dalam setiap aspek kehidupan. Dalam membangun personal branding, seseorang harus menghindari pencitraan palsu yang hanya bertujuan untuk menarik perhatian atau mendapatkan pengakuan. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga." (HR. Bukhari dan Muslim).

  2. Manfaat bagi Orang Lain
    Islam mengajarkan bahwa manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya (khairunnas anfa’uhum linnas). Oleh karena itu, personal branding di era digital seharusnya tidak hanya berorientasi pada popularitas atau keuntungan pribadi, tetapi juga pada kontribusi yang positif bagi masyarakat, seperti menyebarkan ilmu, inspirasi, atau kebaikan.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun