Mohon tunggu...
Andri Marza Akhda
Andri Marza Akhda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Planner

Bahas semua hal yang menarik. Dari olahraga, virtual reality, digital marketing, teknologi, fashion, dunia kuliah, dan juga hal-hal receh lainnya

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Bagaimana Nasib Virtual Reality di Tahun Depan?

24 Oktober 2023   07:31 Diperbarui: 24 Oktober 2023   07:39 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Virtual reality adalah salah satu teknologi terbarukan yang memiliki peran penting dalam revolusi industri 4.0. Teknologi ini bersamaan dengan Artificial Intelligence dan Internet of Things, diprediksi akan sangat membantu manusia dalam hal otomatisasi pekerjaan. Tingkat produktivitas, efisiensi dan juga efektivitas akan meningkat dengan drastis melalui kolaborasi ketiga teknologi ini.

Terkhusus untuk virtual reality atau akrab disapa dengan VR, teknologi ini mampu menjadikan penggunanya untuk melakukan interaksi satu sama lain dalam dunia virtual tanpa harus khawatir batasan ruang dan waktu. Pengguna dapat melakukan segala hal tanpa batas dalam dunia simulasi sebagai avatar. Avatar ini sendiri dapat dimodifikasi sehingga dapat menyesuaikan penampilan penggunanya di kehidupan nyata.

Sejak dikembangkan pertama kali pada tahun 1966 melalui ide Head Mounted Display dari Ivan Sutherland, teknologi VR telah mampu merubah banyak wajah industri penting dalam kehidupan manusia.  Ya, VR telah merambat ke berbagai bidang industri dimulai dari arsitektur, manufaktur, visualisasi data, pertanian & peternakan, pendidikan, olahraga, seni dan hiburan, kesehatan dan lain-lain.

Perusahaan-perusahaan besar telah banyak menggunakan VR ini dalam proses bisnisnya. Sebut saja, Walmart, Uniqlo, Nike, IKEA, WatchBox, BMW, Apple, Microsoft dan juga Google.

VR memiliki banyak manfaat dalam dunia industri seperti;

1. Mampu menekan biaya untuk adakan pelatihan karyawan.

2. Menjadikan proses pelatihan karyawan atau pembelajaran materi pada umumnya lebih imersif.

3. Perusahaan dapat menggunakannya untuk proses rekrutmen yang jauh dari kata bad hiring.

4. Visualisasi data menuju level yang berbeda.

5. Dapat berkolaborasi dengan baik bersamaan dengan teknologi AI dan juga IoT.

Banyaknya manfaat yang dimiliki oleh VR ini membuat penulis bertanya-tanya tentang prediksi keberadaannya di tahun depan.

Ya, seperti yang ketahui bersama, teknologi memiliki perputaran tren yang sangat cepat. Bisa jadi teknologi yang sangat powerful di masa Covid hingga pra Covid seperti VR ini malah akan sepi peminat di tahun depan.

Apalagi terdengar kabar bahwa pasar VR yang diwakili Metaverse sudah mulai sepi ditinggal penggunanya.

Rasa penasaran tersebut membawa penulis untuk membaca beberapa data statistik prediksi VR dari lembaga survei profesional. Dan hasilnya sungguh mengejutkan.

VR diprediksi masih akan mampu memberikan dampak signifikan untuk perkembangan dunia industri. Dimulai dari pertanda bahwa proses riset masih akan terus berlangsung dengan Meta menjadi pemain utamanya.

Mereka bahkan berencana untuk mengembangkan 4 headset VR terbaru di tahun 2024 nanti. Menurut laporan yang didapatkan dari Roadtovr, headset yang dikembangkan oleh Meta ini akan difokuskan pada kegiatan mixed reality. Salah satu dari 4 headset tersebut berada dalam proyek Cambria.

Laporan dari Market Research Future mengatakan bahwa Meta berhasil mendapatkan keuntungan $5.2 miliar dari hasil penjualan perangkat headset. Jumlah ini sekaligus menjadikan Meta sebagai perusahaan yang mendominasi pasar VR hingga 75%. Pesaing terdekat daripada Meta adalah perusahaan Jepang Sony Playstation.

Sony Playstation berhasil meraup untung besar dari hasil penjualan 6.6 juta headset. Angka ini menempatkan mereka pada posisi 5% di pangsa pasar VR. Terbilang wajar karena fokus mereka pada segmen game.

Di tahun 2024 juga, diprediksi bahwa Meta masih akan mendominasi. Hal ini merujuk pada data di tahun 2023 dari Idc, yang mengatakan bahwa Meta telah menguasai hingga 50.2% pasar virtual reality.

Hanya Sony (27.1%) dan ByteDance (9.6%) yang mampu bersaing dengannya di pasar 2Q23.

CEO Arutala, perusahaan virtual reality asal Indonesia, Ahmad Zankie mengatakan;

Virtual reality masih akan terus menjadi bagian penting dari revolusi industri 4.0. Meskipun perkembangannya tidak secepat Ai sekarang ini, tapi perlahan virtual reality juga akan mencapai tahap yang sama

Semoga menambah wawasan ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun