Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Taubatnya Seorang Pemabuk

30 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 30 Juni 2024   19:50 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses taubat Bagus tidaklah mudah. Ia menghadapi banyak rintangan dan godaan. Namun, setiap kali ia merasa lemah, ia selalu ingat akan masa lalu dan doa-doa yang pernah dipanjatkan untuknya. Bagus merasa bahwa ia tidak sendirian dalam perjuangan ini. Ia memiliki Tuhan yang selalu mendengar dan memberi kekuatan.

Bulan demi bulan berlalu, dan Bagus merasakan perubahan besar dalam hidupnya. Ia menemukan pekerjaan baru yang lebih baik, dan hubungannya dengan keluarganya perlahan mulai membaik. 

Istrinya melihat ketulusan dalam usaha Bagus untuk berubah, dan mereka mulai membuka lembaran baru dalam hidup mereka.

Suatu sore, ketika matahari tenggelam dengan indah di ufuk barat, Bagus duduk di teras rumahnya, memandang ke arah langit yang berwarna jingga. Ia merasa bersyukur atas segala yang telah ia alami. Meskipun perjalanan hidupnya penuh dengan liku-liku dan kesalahan, Bagus merasa bahwa setiap langkah yang ia ambil menuju taubat adalah langkah yang penuh berkah.

Bagus menyadari bahwa hidupnya kini lebih berarti. Ia tidak lagi mencari pelarian dalam minuman keras. Sebaliknya, ia menemukan kedamaian dalam doa dan hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan. 

Taubatnya telah membawa cahaya baru dalam hidupnya, dan Bagus bertekad untuk terus berjalan di jalan yang benar, tanpa pernah menoleh kembali ke masa lalu yang kelam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun