Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Taubatnya Seorang Pemabuk

30 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 30 Juni 2024   19:50 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kesunyian malam itu, Bagus merasakan kekosongan yang begitu besar di hatinya. Ia duduk di meja makan, memandang botol minuman yang selalu setia menemani. Kali ini ia merasa muak. Bagus merasa hidupnya tidak ada artinya lagi. Ia teringat akan masa lalu, saat-saat indah bersama keluarganya sebelum semuanya berubah.

Dengan tangan gemetar, Bagus meraih botol minuman itu dan membuangnya ke tempat sampah. Ia merasa sudah saatnya untuk berubah. 

Bagus tidak tahu harus mulai dari mana. Bagus merasa begitu terpuruk dan tak berdaya. Ia teringat akan masjid kecil yang sering dilewatinya setiap hari dalam perjalanan pulang dari pabrik.

Keesokan harinya, saat pagi masih dingin, Bagus memutuskan untuk pergi ke masjid itu. Ia merasa canggung dan malu, namun hatinya memanggil untuk mendekat. 

Bagus masuk ke dalam masjid yang sepi. Ia duduk di sudut ruangan, menundukkan kepala dan mulai menangis. Air mata mengalir deras di pipinya, mencurahkan segala penyesalan dan kesedihan yang selama ini ia pendam.

Di dalam masjid yang tenang itu, Bagus merasakan kedamaian yang sudah lama hilang dari hidupnya. Ia teringat akan doa-doa ibunya, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama.

Bagus mulai berdoa. Ia memohon ampun kepada Tuhan atas segala kesalahannya, memohon petunjuk dan kekuatan untuk bisa berubah menjadi lebih baik.

Sejak hari itu, Bagus mulai rutin datang ke masjid. Ia belajar tentang agama, mencoba memahami makna hidup dan tujuan sebenarnya. 

Hari demi hari, ia merasa hatinya semakin tenang dan damai. Kebiasaan buruknya perlahan mulai ditinggalkan. Setiap kali godaan untuk minum datang, Bagus mengingat kembali doa-doa ibunya dan kedamaian yang ia rasakan di dalam masjid.

Bagus juga berusaha memperbaiki hubungannya dengan keluarganya. Ia menulis surat kepada istrinya, meminta maaf atas segala kesalahan yang telah ia perbuat. 

Bagus menyadari bahwa butuh waktu untuk mengembalikan kepercayaan yang telah hilang, namun ia bertekad untuk tidak menyerah. Ia ingin keluarganya tahu bahwa ia telah berubah dan ingin memperbaiki semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun