Khadijah tersenyum, lalu meletakkan tangannya di pundak Yusuf.Â
"Teruslah belajar dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, Yusuf. Jika memang takdir kita bersama, Allah akan mempertemukan kita dengan cara yang terbaik," terang Khadijah.
Malam itu, Yusuf pulang dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa perjalanan cintanya tidak akan mudah, namun ia bertekad untuk terus memperbaiki diri dan menunggu dengan sabar.
Waktu terus berjalan, Yusuf melanjutkan pendidikannya ke kota, namun ia selalu menyempatkan diri untuk pulang dan membantu di madrasah saat liburan. Ia tetap menjaga hubungannya dengan Khadijah, meskipun tidak pernah membicarakan lagi tentang perasaannya.
Suatu hari, setelah beberapa tahun berlalu, Yusuf kembali ke desa setelah menyelesaikan kuliahnya. Ia telah menjadi seorang pria yang matang dan bijaksana. Di madrasah, ia melihat Khadijah yang masih setia mengajar dengan penuh cinta. Namun kali ini, Yusuf tidak lagi merasakan kegelisahan yang sama seperti dulu. Ia merasa lebih tenang dan siap menghadapi apapun yang terjadi.
Yusuf mendekati Khadijah dan mengucapkan salam.Â
"Assalamu'alaikum, Khadijah," tuturnya dengan pelan.
"Wa'alaikumussalam, Yusuf. Senang melihatmu kembali," jawab Khadijah dengan senyum hangat.
Mereka berbincang sejenak tentang pengalaman Yusuf di kota dan perkembangan madrasah. Yusuf mengambil napas dalam-dalam dan segera menyatakan cintanya.
"Aku mencintaimu Khadijah. Tapi kali ini, aku lebih siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi. Apakah kau bersedia memberikan kesempatan pada kita untuk saling mengenal lebih dalam," jelas Yusuf dengan rasa campur aduk.
Khadijah menatap Yusuf dengan mata yang penuh kebijaksanaan. Ia bisa melihat perubahan besar dalam diri Yusuf. Setelah hening beberapa saat.Â