Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjemput Cinta Sejati Lewat Mengaji

22 Juni 2024   15:40 Diperbarui: 22 Juni 2024   15:41 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yusuf yang biasanya tidak terlalu aktif dalam kegiatan desa, kali ini ikut terlibat penuh. Ia membantu mempersiapkan acara dengan antusias, berharap dapat membuat Khadijah bangga.

Malam itu, pengajian berjalan dengan khidmat. Khadijah memberikan ceramah yang sangat menyentuh hati. Ia berbicara tentang pentingnya cinta dan kasih sayang dalam Islam, tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada alam dan semua makhluk. Yusuf mendengarkan dengan seksama, meresapi setiap kata yang keluar dari mulut Khadijah.

Setelah acara selesai, Yusuf melihat Khadijah sedang duduk sendirian di teras madrasah. Ia memberanikan diri untuk mendekat dan duduk di sebelahnya.

"Khadijah, ceramahmu tadi sangat indah," ujar Yusuf pelan.

"Terima kasih, Yusuf. Aku senang kau menyukainya," jawab Khadijah dengan senyum manis.

Yusuf terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang sudah lama ingin ia sampaikan.

 "Khadijah, aku ingin jujur. Aku sangat mengagumimu. Bukan hanya sebagai guru, tapi sebagai pribadi. Aku... aku mencintaimu."

Khadijah terkejut, namun ia tetap tenang. Ia menatap Yusuf dengan lembut, mencoba memahami perasaan pemuda itu. 

"Yusuf, aku menghargai kejujuranmu. Tapi cinta itu tidak bisa hanya berdasarkan kekaguman semata. Kita harus mengenal satu sama lain lebih dalam. Dan lebih dari itu, kita harus mempertimbangkan banyak hal, terutama tentang masa depan kita masing-masing."

Yusuf menundukkan kepala, merasa malu. 

"Aku tahu, Khadijah. Aku hanya ingin kau tahu apa yang aku rasakan," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun