Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penantian di Sebuah Kedai Kopi

18 Juni 2024   07:40 Diperbarui: 18 Juni 2024   07:51 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran keadaan di dalam sebuah kedai kopi atau cafe (sumber: tokopedia.com)

Di sudut sebuah kedai kopi atau cafe kecil di pinggir kota, seorang wanita duduk sendirian. Namanya Lila. 

Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh malam, dan dia sudah berada di sana sejak pukul lima. Di meja kecilnya terdapat secangkir kopi yang sudah dingin dan sebuah novel yang terbuka, tetapi matanya tidak terfokus pada halaman-halaman itu. Pandangannya terus terpaku pada pintu masuk cafe, berharap sosok yang dinantikannya segera muncul.

Lila adalah seorang perempuan yang dikenal sabar. Dia mengajar matematika di sebuah sekolah menengah, sebuah profesi yang menuntut kesabaran tanpa batas. Namun penantian kali ini terasa lebih berat daripada menunggu murid-murid menyelesaikan soal ujian.

Tiga bulan lalu, dia bertemu dengan Aria di acara reuni sekolah. Aria, teman sekelasnya saat SMA, telah kembali ke kota setelah bertahun-tahun bekerja di luar negeri. 

Mereka berbincang panjang lebar, mengenang masa lalu dan bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing. Percakapan itu menumbuhkan kembali benih-benih cinta yang pernah tumbuh di hati Lila saat remaja. Aria yang ramah, cerdas, dan penuh ambisi, telah mencuri perhatiannya sejak dulu.

Mereka berdua mulai sering bertemu setelah reuni itu. Setiap pertemuan semakin memperjelas perasaan Lila bahwa Aria adalah sosok yang selama ini dia cari.


Dibalik senyum hangat Aria, Lila merasakan ada jarak yang tak terungkap. Seperti ada rahasia yang disembunyikan oleh lelaki itu.

Hari ini Aria berjanji akan bertemu dengannya di kafe itu untuk makan malam. Namun, waktu terus berjalan dan Aria belum juga muncul. 

Lila mencoba mengusir kegelisahannya dengan membaca novel, tetapi pikirannya terus melayang. Bayangan tentang pertemuan-pertemuan mereka, senyum Aria, dan percakapan mereka selalu muncul di benaknya.

Satu jam berlalu. Lila mencoba tetap tenang, tetapi kekhawatiran mulai merayapi hatinya. Dia mengingat kembali senyum dan tawa Aria, berharap itu bisa menenangkan hatinya yang mulai resah. Dia membayangkan alasan-alasan yang mungkin membuat Aria terlambat, mungkin terjebak macet, mungkin ada urusan mendadak di kantor, atau mungkin ponselnya mati.

Pintu kafe terbuka dan seorang pria masuk, tetapi bukan Aria. Lila menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Dia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan singkat ke Aria, tetapi tidak ada balasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun