Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lia, Arti Sebuah Penantian

14 Juni 2024   05:35 Diperbarui: 14 Juni 2024   06:43 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret ilustrasi wanita muslimah (liputan6.com)

Senja mulai tiba, dan bayangan malam perlahan-lahan menyelimuti desa. Arman masih berdiri di sana, menanti dengan sabar.

Lalu, dari kejauhan, ia melihat seseorang berjalan menuju ke arahnya. Wajahnya tertutup bayangan malam, tapi Arman mengenali sosok itu. Hati Arman melompat kegirangan saat menyadari bahwa itu adalah Lia.

"Lia!" serunya sambil berlari menghampiri.

Lia tersenyum hangat. "Arman, aku pulang," katanya lembut.

Arman meraih tangan Lia dan menatapnya dengan penuh rasa syukur. "Aku sangat merindukanmu, Lia. Setiap hari aku berharap kau akan kembali."

Lia tersenyum lembut. "Aku juga merindukanmu, Arman. Setiap hari di kota besar, aku selalu memikirkan desa ini dan kenangan kita bersama."

Mereka berjalan bersama menuju rumah Arman. Malam itu, mereka duduk di bawah pohon besar, berbicara tentang masa lalu dan merencanakan masa depan. 

Arman menceritakan tentang kehidupannya di desa, tentang mimpinya, dan tentang betapa ia menantikan hari ini.

Lia pun menceritakan pengalamannya di kota, tentang pendidikan dan pekerjaan yang ia jalani. Meskipun banyak tantangan, Lia selalu menemukan kekuatan dalam kenangan indah bersama Arman.

"Aku ingin kembali ke desa ini, Arman," kata Lia akhirnya. "Aku ingin menjalani hidup yang sederhana namun penuh makna bersama orang-orang yang aku cintai."

Arman merasa hatinya melompat kegirangan. "Aku akan selalu ada di sini untukmu, Lia. Kita bisa membangun kehidupan bersama di sini, seperti yang selalu kita impikan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun