Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan, Izinkan Aku Bertaubat dengan Benar

13 Juni 2024   14:55 Diperbarui: 13 Juni 2024   16:21 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayangan wanita muslimah ketika membaca Al Quran (sumber: ajaib.co.id)

Setiap malam, Ibu Rahma berjalan-jalan di sekitar lorong-lorong ini, berusaha memberikan sedikit cahaya kepada mereka yang berada dalam kegelapan. 

Ibu Rahma sering membawa makanan dan pakaian, serta menawarkan bantuan kepada siapa saja yang membutuhkan.

Malam itu ibu Rahma mengajak Nisa untuk ikut dengannya ke masjid. Nisa awalnya ragu, tetapi ada sesuatu dalam diri Ibu Rahma yang membuatnya merasa aman. Dengan perlahan, Nisa menerima ajakan itu dan mengikuti Ibu Rahma menuju masjid.

Di dalam masjid, Nisa merasa seperti memasuki dunia yang berbeda. Suasana tenang dan damai menyelimuti tempat itu. 

Para jemaah menyambutnya dengan senyuman dan tidak ada yang memandangnya dengan curiga atau merendahkan. Nisa mulai merasa bahwa mungkin, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia menemukan tempat di mana ia diterima apa adanya.

Nisa mendengarkan ceramah dari seorang ustaz tentang pentingnya tobat dan kasih sayang Allah yang tidak pernah putus. 

Kata-kata ustaz tersebut menusuk ke dalam hati Nisa. Ia merasa begitu berdosa dan hina, tetapi pada saat yang sama, ia merasakan secercah harapan. Mungkinkah Allah masih mau menerima dirinya yang penuh dosa ini?

Setelah ceramah selesai, Ibu Rahma mendekati Nisa dan menggenggam tangannya dengan lembut. 

"Nak, Allah selalu membuka pintu tobat untuk hamba-Nya. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni, asalkan kita mau bertaubat dengan sungguh-sungguh."

Nisa terisak. Ia merasa beban berat yang selama ini menekan jiwanya perlahan terangkat. 

"Tapi, Bu, bagaimana saya bisa berubah? Dunia saya begitu gelap dan kotor."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun